BNPB Sebut 6000 Orang Mengungsi karena Kelaparan di Papua Tengah
- Dok BNPB
Yogyakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan kelaparan yang terjadi di Papua Tengah membuat 6000 orang harus mengungsi. BNPB, kata Suharyanto telah mendistribusikan bantuan untuk 6000 orang pengungsi itu.
Suharyanto menjabarkan kebutuhan dasar untuk 6000 pengungsi tersebut sudah terpenuhi saat ini. Bantuan yang telah didistribusikan diantaranya 50 ton beras, 3 motor trail, 3000 paket makanan siap saji, tenda, matras, selimut dan barang kebutuhan lainnya.
Suharyanto membeberkan bantuan yang telah didistribusikan ke pengungsi ini merupakan penanganan jangka pendek. Ke depan, Suharyanto menjabarkan penanganan jangka menengah dan panjang harus dilakukan agar tak terjadi peristiwa serupa di kemudian hari.
Untuk penanganan jangka menengah dan panjang ini, Suharyanto menyebut dirinya bersama dengan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy akan datang ke Papua Tengah.
"Ini saya mau ke sana untuk memastikan sebetulnya ada masalah apa. Kalau (penanganan) jangka pendek sudah kita berikan bantuan ke 6000 pengungsi," kata Suharyanto saat pembukaan ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulasi Exercise (ARDEX) di Yogyakarta, Selasa 1 Agustus 2023.
"Hampir setiap tahun terjadi. Itu karena masyarakat tinggal di ketinggian. Ketika terjadi fenomena El Nino di sana (Papua Tengah) malah turun hujan es sehingga tanaman jagung mati," sambung Suharyanto.
Terkait distribusi kebutuhan dasar bagi pengungsi di Papua Tengah, Suharyanto menilai ada sejumlah hambatan. Suharyanto merinci jika kondisi medan yang sulit dan gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) jadi penghambat distribusi.
"Untuk mendistribusikan logistik itu hanya ada dua jalan. Pertama lewat pesawat udara. Kedua pakai sepeda motor. Jaraknya berjam-jam kalau sepeda motor itu. Kadang-kadang saat pendistribusian logistik lewat udara ini diganggu oleh KKB. Itu juga menghambat," ujar Suharyanto.
"Tapi TNI juga sudah turun. Kementerian Sosial juga turun. Mudah-mudahan kehadiran saya dan Pak Menko PMK bisa menemukan inti masalahnya," pungkas Suharyanto
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan jajaran kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah di Papua, untuk menangani bencana kelaparan dampak cuaca ekstrem di Papua Tengah secepat-cepatnya.
Hal itu disampaikan Jokowi menjawab pertanyaan wartawan terkait upaya penanganan bencana kekeringan akibat cuaca ekstrem, yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
"Saya sudah perintahkan pada Menko PMK, Menteri Sosial, BNPB dan juga di daerah, di papua untuk segera menangani secepat-cepatnya," kata Presiden usai meresmikan sodetan Ciliwung di Jakarta, Senin.
Presiden menekankan, persoalan yang terjadi adalah terdapat daerah spesifik di Papua Tengah yang pada musim salju, menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh.
"Problemnya, supaya tahu ya, itu ada daerah spesifik yang kalau di musim salju itu yang namanya tanaman tidak ada yang tumbuh, di ketinggian yang sangat tinggi, distrik itu," ujar Presiden.
Permasalahan lain adalah kendala terkait keamanan dalam pendistribusian bantuan kepada masyarakat di sana. Menurut Presiden, pesawat pengantar bantuan tidak berani turun, atas faktor keamanan.
"Sebab itu saya minta tadi TNI untuk membantu mengawal. Di sana memang problemnya selalu seperti itu, medannya yang sangat sulit, pesawat yang mau turun pilotnya nggak berani, sehingga problem itu yang terjadi," ujarnya.
Untuk diketahui cuaca ekstrem di Papua Tengah terjadi sejak Juni 2023 lalu. Saat ini dilaporkan sedikitnya enam orang meninggal dunia akibat cuaca ekstrem yang berakibat pada gagal panen dan kelaparan di sejumlah distrik, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.