Sosok Jenderal Omar Tchiani, Komandan Paspampres yang Dituduh Dalang Kudeta Niger
- Ist
Niger – Kudeta militer pecah di Niger, negara yang dikelilingi daratan di Afrika Barat. Pasukan pengawal kepresidenan yang dipimpin Jenderal Omar Tchiani mengambilalih Istana Kepresidenan di Niamey, pada Rabu, 26 Juli 2023 dan menahan Presiden Mohamed Bazoum di dalamnya.
Insiden ini memicu kekhawatiran regional dan internasional tentang ketidakstabilan di negara yang merupakan sekutu penting bagi kekuatan Barat yang membantu memerangi pemberontakan di wilayah Sahel.
Militer mengumumkan bahwa semua institusi pemerintahan ditangguhkan, perbatasan darat dan udara ditutup dan jam malam diberlakukan.
Presiden Bazoum ditahan di dalam istana kepresidenan pada Kamis pagi, kata Menteri Luar Negeri Niger Hassoumi Massoudou, dalam sebuah wawancara dengan penyiar Prancis France 24. Sementara keberadaan menteri lainnya masih tidak jelas.
Presiden Mohamed Bazoum - yang terpilih pada tahun 2021 dalam pemilihan yang demokratis pertama Niger sejak kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960 - tampaknya mendapat dukungan dari beberapa partai politik.
Bazoum adalah sekutu utama dalam upaya Barat memerangi jihadis yang terkait dengan al-Qaida dan kelompok Negara Islam di wilayah Sahel Afrika.
Menteri Luar Negeri Niger Hassoumi Massoudou meminta militer itu untuk membebaskan Presiden Bazoum dan menyelesaikan tuntutan mereka melalui dialog.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), Amerika Serikat, Prancis, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengutuk keras kudeta tersebut, menyebut kudeta militer itu "tidak konstitusional".
Beberapa jam setelah tentara merebut kekuasaan di negara Afrika Barat Niger, Presiden yang digulingkan, Mohamed Bazoum menyerukan nada menantang pada Kamis pagi, bersumpah untuk melindungi pencapaian demokrasi yang "dimenangkan dengan susah payah", bahkan ketika dia tengah disandera di istana kepresidenan.
Dalang Kudeta
Tuduhan aktor kudeta militer Niger mengarah pada sosok Jenderal Omar Tchiani. Dia adalah sosok yang kontroversial di Angkatan Bersenjata Niger. Ia ditunjuk sebagai kepala Pengawal Presiden pada 2015 di bawah mantan Presiden Mahamadou Issoufou.
Tchiani dipercaya sebagai seorang loyalis.
Jenderal Tchiani dikukuhkan kembali perannya sebagai kepala Pengawal Presiden oleh Bazoum, meski belakangan ini beredar desas-desus tentang niat kepala negara untuk mencopotnya, sebuah keputusan yang akan menimbulkan ketidakpuasan di antara jajaran pengawal presiden.
Berasal dari wilayah Tillaberi di Niger barat, menurut sumber di kantor berita APA, Tchiani berperan penting dalam menggagalkan dua upaya kudeta di Niger yang didalami faksi militer, yakni pada tahun 2015 dan 2021.
Akan tetapi, motif dibalik penggulingan kekuasaan Presiden Bazoum masih simpang siur. Menurut sumber, Jendral Tchiani akan dikonfirmasi dalam beberapa jam sebagai Presiden Dewan Nasional untuk Penjagaan Tanah Air (CNSP).
Namun, beredar pula rumor bahwa sang jenderal juga ikut ditahan bersama Presiden Bazoum dalam upaya kudeta militer, Rabu. Hal itu terlihat dalam pengumuman TV pada hari Rabu, perwira yang mengumumkan upaya kudeta pemerintahan bukan lah Jenderal Tchiani, tapi Kolonel Amadou Abdramane, bersama sembilan tentara berseragam lainnya di belakangnya.
"Kami, pasukan pertahanan dan keamanan telah memutuskan untuk mengakhiri rezim yang Anda kenal," kata Abdramane dilansir BBC "Ini mengikuti memburuknya situasi keamanan, dan tata kelola ekonomi dan sosial yang buruk,"
Beredar pula sebuah keputusan palsu di media sosial yang mengumumkan penggantian Tchiani dengan jenderal pasukan darat, Mohamed Toumba.
Upaya kudeta atau penggulingan kekuasaan oleh para pemimpin Pengawal Presiden bukan pertama kali terjadi di Niger. Kasus Ibrahim Bare Mainassara, yang memimpin negara melalui kudeta militer dari Januari 1996 hingga April 1999, dan jenderal yang menggulingkannya secara paksa, Daouda Malam Wanké, berkuasa hingga Desember tahun 1999.
Panglima militer Niger Jenderal Abdou Sikikou Issa dalam sebuah pernyataan, menegaskan komando militer mendukung penggulingan Presiden Mohamed Bazoum, untuk menghindari pertumpahan darah dan mencegah pertikaian di antara pasukan keamanan.
"Untuk menghindari konfrontasi mematikan antara kekuatan yang berbeda yang dapat memicu pertumpahan darah dan mengganggu keamanan penduduk," kata Jenderal Abdou Sikikou Issa, panglima militer, dalam sebuah pernyataan.