Pneumonia Jadi Penyebab Kematian Jemaah Haji Pasca Armuzna
- MCH 2023 | Lutfi Dwi Pujiastuti
Mekkah – Pelaksanaan puncak haji, di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina) telah selesai. Namun pasca wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan lempar jumrah di Mina, kini banyak jemaah haji Indonesia tumbang diserang pneumonia.Â
Pasca Armuzna, jemaah haji yang dirawat di Daerah Kerja Mekkah baik di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan RS Arab Saudi terus bertambah.
Per 9 Juli 2023, ada 205 jemaah haji yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi dan 180 jemaah yang dirawat di KKHI Mekkah.
"Rata-rata sakit didominasi pneumonia baik di KKHI dan RSAS," kata Kepala Bidang Kesehatan, dr M. Imran saat ditemui di KKHI Mekkah, Senin 10 Juli 2023.
Menurut dr Imran, pneumonia merupakan penyakit radang paru yang bisa menyerang siapa saja. Namun, bisa berdampak berat pada jemaah usia lanjut. Seperti diketahui, tahun ini jumlah jemaah lanjut usia atau lansia di atas 67 ribu.
"Berdasarkan data, usia di atas 60 tahun ke atas berjumlah 90 ribu lebih, jemaah yang risti (risiko tinggi) baik karena usia lanjut atau punya penyakit bawaan jumlahnya 75 persen dari total jumlah jemaah haji yang datang," terang dr Imran.Â
Pneumonia, lanjutnya, bisa juga dipicu oleh kelelahan terutama setelah fase puncak haji. Gejala diawali batuk, tapi untuk lansia dengan daya tahan tubuh yang menurun, akan sangat mudah diserang pneumonia. Namun pada lansia, biasanya gejala yang muncul justru berbeda. Gejala khasnya selain batuk dan pilek termasuk juga sesak dan demam.
"Tapi pada lansia tidak selalu muncul, keluhannya justru kurang napsu makan, batuk pilek, ini sering dianggap batuk pilek biasa," ujarnya
Untuk mencegah semakin banyaknya jemaah yang diserang pneumonia, seluruh petugas kesehatan semakin gencar menyampaikan melalui tiap-tiap kloter agar jemaah selalu menggunakan masker, mengurangi kontak fisik seperti bersalaman, rajin mencuci tangan pakai sabun.Â
"Pesan-pesan ini kita kuatkan lagi. Sekarang pneumonia berkontribusi jadi penyebab kematian paska Armuzna," kata dr Imran.Â
Tingkat infeksi ini, lanjutnya, menyerang beberapa bagian organ tubuh. Pasca Armuzna peningkatan jumlah jemaah sakit meningkat karena pneumonia.Â
"Kasus pneumonia terjadi pasca Armuzna ini gak bisa kita bilang kejadian biasa. Darurat pneumonia belum, tapi pesan-pesan kesehatan dan obat obat kita suplai ke TKH, ke kloter, jangan sampai terjadi kekurangan antibiotik, oksigen, injeksi, jika terjadi penurunan saturasi dalam darah," terangnya.Â
Selain itu, untuk mencegah dan mengantisipasi kondisi jemaah yang terserang pneumonia makin parah, pihaknya juga menyiapkan mekanisme dan komunikasi rujukan, serta diperkuat dengan tindakan promotif dan preventif.
Mulai dari imbauan pakai masker jika beraktivitas di luar hotel, kurangi kontak fisik, terapkan etika batuk tutup mulut dengan lengan atas.Â
"Mereka yang batuk dan pilek pakai masker baik di dalam hotel maupun di luar, tetap istirahat. Jemaah lansia juga harus tercukupi asupan makannya, kami juga suplai susu untuk jemaah haji lansia," katanya.Â
Imran juga membandingkan jemaah meninggal sebelum Armuzna ada di angka 154 orang. Namun berdasarkan data Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu atau Siskohat, hingga hari ini, Senin 10 Juli 2023, jumlah jemaah meninggal dunia meninggal mencapai 535 orang.
"Penyebab lain selain pneumonia, profil jemaah haji lansia. Kalau data WHO di atas 60 tahun, kemudian jumlah risti kita jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini jumlah jemaah risti capai 75 persen sementara tahun sebelumnya 60 an persen."Â
Cuaca Panas
Penyebab lain yang memicu jemaah haji tumbang dan sakit yakni karena ancaman cuaca panas Arab Saudi.Â
"(Cuaca panas) yang paling mengancam, mudah picu jemaah kita terjadi penurunan daya tahan tubuh, pencegahan yang lain agar jemaah minum banyak air putih, 1 jam paling tidak 3 teguk untuk beri kelembapan di tenggorokan," katanya.Â