6 Fakta Menarik Polemik Rumput JIS, Tak Standar FIFA hingga Dituding Cari Kesalahan Anies
- Twitter @bos_sir
Jakarta – Polemik terkait renovasi rumput Jakarta International Stadium (JIS) tengah mencuri perhatian banyak pihak, menyusul akan diadakannya Piala Dunia U-17 di Indonesia.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono bersama dengan Ketum PSSI, Erick Thohir dan Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono pun sempat meninjau langsung kelayakan JIS pada Selasa kemarin.
Ketiganya sepakat bahwa rumput JIS perlu diganti lantaran dianggap tidak memenuhi standar FIFA.
"Hari ini kami melihat JIS, stadion yang bagus namun kami evaluasi, kalau nanti dievaluasi FIFA mudahan-mudahan bisa memenuhi standar, salah satu yang utama rumput," kata Basuki kepada wartawan, Selasa, 4 Juli 2023.
Berikut 5 fakta menarik mengenai polemik rumput JIS
1. Renovasi rumput JIS makan biaya Rp 6 miliar
Basuki mengungkap anggaran biaya untuk mengganti rumput yang ada di JIS. Untuk mengganti rumput lama dengan rumput yang standar FIFA, Kementerian PUPR akan mengucurkan dana Rp 6 miliar.
"Baru saya tanya tadi rumput ke pak Qamal itu Rp 6 M (anggarannya) satu lapangan. Itu nanti dari PU," kata Basuki
2. Pernyataan Sekjen PSSI soal Rumput JIS
Menyusul mencuatnya kabar renovasi rumput JIS yang dinilai tak sesuai standar FIFA, kembali beredar di media sosial pernyataan Sekjen PSSI Yunus Nusi pada September 2022 yang diunggah laman resmi PSSI dengan judul ‘PSSI Siap Kolaborasi dengan JIS.
Dalam unggahan tersebut, PSSI mengapresiasi pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria terkait kondisi JIS yang masih punya kekurangan. Namun, PSSI pun juga mengakui jika stadion dan rumput JIS adalah kelas dunia. "Kalau soal stadion harus kita akui. Itu megah layaknya stadion di Eropa. Demikian juga rumput stadion. Semua berstandar FIFA," ujar Yunus
3. Jubir Anies sebut pemerintah lebay
Juru Bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra menyebut, rencana mengganti rumput JIS hingga menelan biaya Rp 6 miliar sanat lebay. Menurutnya hal ini condong mengarah ke politik dibandingkan ke Piala Dunia U-17.
“Bahkan tiba-tiba ada yang jadi ahli rumput hanya untuk menunjukkan kekurangan JIS. Jelas ini hanya ditujukan untuk politisasi capres Anies Baswedan” kata Surya
4. Bung Towel sebut Basuki tak punya kapasitas nilai kelayakan stadion
Pengamat sepak bola Indonesia, Tommy Welly atau Bung Towel mengatakan Menteri PUPR, Basuki tak berhak mengatakan rumput JIS tidak standar FIFA. Menurutnya, yang berhak memberi pernyataan itu adalah FIFA sendiri selaku regulator dari persepakbolaan dunia.
"Karena menyatakan tidak sesuai standar FIFA itu kan ada kewenangannya ada otoritasnya, nah, otoritasnya itu adalah FIFA kan. Jadi misalnya, Technical Delegatenya atau Asesor dari FIFA datang, itu barulah menjadi valid itu verifikasinya atau verifikatornya. Tapi ketika, menteri PUPR menjadi seolah-olah aksesor FIFA, itu yang akhirnya menyulut polemik kan soal rumput ini," kata Bung Towel
5. Rumput JIS juga digunakan di stadion kelas dunia
Lebih lanjut, Bung Towel menyatakan jenis rumput yang digunakan di JIS adalah hybrid. Rumput ini terdiri dari banyak macam. Bahkan, stadion berkelas dunia di Eropa seperti Allianz Arena di Jerman, Spartak Moscow di Moskow hingga Wanda Metropolitano di Madrid, juga menggunakan rumput hybrid seperti JIS.
Nah hybrid ini bukan hal yang baru di JIS ini kan 5 persen rumput alami 95 persen sintetis. Ketika diganti jadi rumput alami apakah itu sesuai dengan konsep awal, karena menyangkut roof stadion juga," kata dia
6. Sudirman Saidi nilai pemerintah sedang cari kesalahan Anies
Anggota Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Sudirman Said turut heran terkait dengan rencana perombakan yang akan dilakukan oleh pemerintah terhadap JIS. Dia menilai bahwa pemerintah tengah mencari kesalahan dari pembangunan stadion sepak bola itu.
"Kok pemerintah pusat seperti terus mencari-cari kekurangan? Masyarakat pasti memiliki pertanyaan yang sama, apa salahnya mengakui ada karya anak bangsa yang bermutu tinggi?," ujar Sudirman Said dalam keterangannya, Rabu, 5 Juli 2023.
"Persepsi demikian mau tidak mau terbentuk, karena sudah didahului dengan berbagai peristiwa yang sejenis. Seperti yang terjadi pada Formula E semasa Anies, yang dipersulit, dikritik dan tidak diberi dukungan sponsor. Namun begitu Anies selesai (menjabat), menjadi program yang diminati banyak pihak dan banjir sponsor," kata dia.