Sandiaga yakin RI Bisa Kejar Ketertinggalan di Subsektor Film
- Dok. Istimewa
Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno merespons positif terpilihnya film fiksi ‘Ephemera’ karya Sutradara Virya Hendriyah asal Lampung dan film dokumenter ‘Mendayung Harapan’ karya Sutradara Yusril Mahendra asal Jambi sebagai dua film terbaik di Festival Film Bulanan Lokus 5. Sandiaga yakin para sineas mampu terus berkembang dan mengejar ketertinggalan dalam industri perfilman.
“Selamat kepada tim produksi film ‘Ephemera dan ‘Mendayung Harapan’, kami optimis dengan sumber daya manusia yang semakin berkembang, kita bisa mengejar ketertinggalan di subsektor film. Terus berinovasi dan berkolaborasi agar bisa menciptakan lebih banyak lapangan kerja melalui sektor ekonomi kreatif,” ujar Sandiaga Uno, dalam keterangannya, Sabtu 24 Juni 2023.
Menurut Sandiaga, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberikan apresiasi kepada kedua Film Terpilih Festival Film Bulanan yaitu dengan pemberian sertifikat, suvenir, kesempatan mengikuti workshop perfilman, dan menjadi nominasi di Malam Anugerah Festival Film Bulanan yang diselenggarakan pada bulan Desember.
Selain itu, sebagai bagian dari eksibisi, akan ada penayangan poster digital di sejumlah area gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan penayangan film di acara ‘Sinema Keliling’, bioskop maupun media Over The Top (OTT).
Sandiaga Uno pun mengingatkan para sineas yang ada di wilayah Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan untuk mempersiapkan diri karena pendaftaran Lokus 6 akan dibuka pada tanggal 2 Juli mendatang.
Sementara itu, kurator Festival Film Bulanan, sekaligus Sutradara dan Penulis Skenario, Rahabi Mandra mengungkapkan alasan film ‘Ephemera’ dan film ‘Mendayung Harapan’ ditetapkan sebagai Film Terpilih. Menurutnya para kurator sepakat bahwa dua film inilah yang paling menonjol di antara film-film lainnya.
“Pada lokus ini, kami menemukan kumpulan film-film yang levelnya berada di bawah standar yang seharusnya dan film ‘Ephemera' ini buat saya tampil menjulang sendirian, karena menggunakan sinematografi yang cukup baik. Secara visual ditampilkan dengan baik, sesuai dengan kaidahnya," tutur Abi.
Sementara untuk film ‘Mendayung Harapan’, Abi berpendapat sinematografi itu pada dasarnya adalah audio dan visual, film dokumenter ini sinematografinya dikerjakan dengan baik.
“Kalau melihat 5 shot pertama saja, cukup menarik. Melihat sinematografinya dikerjakan dengan baik, bahwa benar mereka mengejar sebuah profil yang inspiratif. Dokumenternya film ‘Mendayung Harapan' itu berada pada batas aman,” kata Abi.
Sependapat dengan Abi, kurator Festival Film Bulanan yang juga berprofesi sebagai Dosen Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta serta Resensator Film, Mohamad Ariansah menyampaikan, film-film yang berasal dari Lokus 5 ini hampir 85 persen merupakan film verbal.
“Film-film di lokus 5 ini hampir 85 persen, rata-rata adalah film verbal. Peserta merasa punya kemampuan story telling, cuma menyampaikan story telling lewat kata dan gambar itulah yang masih menjadi PR besar,” ungkap Ale.
Ia menambahkan, “Menyampaikan pesan melalui visual nyaris tidak berperan. Semua bertuturnya diandalkan melalui dialog atau verbal. Dialognya pun informatif. Oleh karena itu, film ‘Ephemera' yang minim dialog dan menyampaikan pesan melalui akting aktornya menjadi menonjol dibandingkan yang lain. Kemudian film ‘Mendayung Harapan’ secara teknis lebih proper dibandingkan yang lain. Ada usaha untuk menyampaikan lewat visual," ujar Ale.
Walaupun secara kualitas mengalami penurunan dibandingkan lokus-lokus sebelumnya, Ale merasa kalau di Jambi dan Lampung ini sudah mulai banyak filmmaker-nya, tapi memang perlu ditingkatkan lagi tentang pengetahuan dan literasi soal bagaimana membuat film yang bisa menyampaikan pesan melalui sinematografi bahasa visual.
“Film-film di lokus 5 ini jago dalam memberikan inspirasi supaya orang tidak patah semangat dan percaya diri, namun perlu diberikan pengetahuan tentang medium film sebagai media menyampaikan pesan dari bahasa visual,” pungkas Ale.