Belajar dari Ariel: Anak Pemulung, Karyawan Anak Usaha BUMN

Ariel atau Sahril Ramadhan, anak pemulung yang jadi karyawan anak usaha BUMN.
Sumber :
  • VIVA/Ismoko Widjaya

Jakarta – Ariel bukanlah anak kandung seorang pemulung. Pria 21 tahun ini sejatinya adalah anak yatim piatu. Tapi Ariel diangkat anak oleh pasangan pemulung Saimun dan Suharti. Keduanya sudah dianggap sebagai orangtua kandung. Ariel, Saimun, Suharti, dan adik angkat Ariel, Nabila, tinggal di lapak hunian pemulung di Cilandak, Jakarta Selatan. Lalu, di mana orangtua kandung Ariel?

Simulasi Pemberian Makan Bergizi Gratis Diuji Coba di 4 Sekolah Sulawesi Utara

Sejak bayi, Ariel tidak mengenal orangtua kandungnya. Dari cerita yang didapat, hubungan kedua orangtuanya tidak direstui dari orangtua masing-masing. Lalu, sang ayah kabarnya meninggal karena kecelakaan. Sang ibu kandung entah kemana. Lalu Ariel diangkat anak oleh pasangan Saimun dan Suharti. 

Ariel, anak yang diasuh pemulung bisa sampai kuliah

Photo :
  • VIVA / Ismoko
Toyota Great Corolla, Mobil Klasik yang Punya Ribuan Penggemar di RI

"Sampai sekarang saya nggak tahu di mana makam kedua orangtua saya. Bila memang mereka sudah meninggal," cerita Ariel saat berbincang dengan Viva.co.id di hunian lapak pemulung, Cilandak, Jakarta Selatan, akhir pekan lalu. 

Dari kecil, Ariel tinggal di kawasan pemulung seluas sekitar 2 ribu meter persegi ini. Bersama sekitar 200 kepala keluarga pendatang, Ariel tinggal di tengah timbunan sampah dari berbagai jenis. Sampah plastik, kardus, logam, sampai barang-barang seperti sampah tetapi masih bisa digunakan. Aroma sampah sudah menjadi teman hidup sehari-hari. 

Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek di Jaksel, Ibu Berharap Kasus Anaknya Bisa Disetop

Ariel bukan beruntung. Tapi dengan perjuangan, keringat, pengorbanan, dan air mata yang nyaris mengering, pria bernama lengkap Sahril Ramadhan ini bisa mengenyam pendidikan formal sampai tingkat universitas. Saat ini Ariel sedang mengenyam pendidikan semester dua di Universitas Terbuka. Satu tekad Ariel, jangan sampai adik-adik di lapak hunian pemulung ini bernasib seperti orangtuanya masing-masing. 

"Biarkan bapak ibunya menjadi pemulung. Tetapi anaknya punya pendidikan yang baik," tekad Ariel di tengah kegiatannya bersama para mahasiswa pasca-sarjana Komunikasi Korporat Universitas Paramadina.

Ariel, anak yang diasuh pemulung dan bisa sampai kuliah

Photo :
  • VIVA / Ismoko

Maka itu, Ariel mendirikan Kelompok Asuh Pelita Hati atau KAPH. Komunitas ini memberikan pendidikan secara gratis kepada anak-anak pemulung, yang terutama tinggal di kawasan ini. Tidak cuma pendidikan dasar tapi juga belajar mengaji. 

Bukan perkara mudah bagi Ariel dan beberapa orang yang disebut sebagai kakak pembina, mendirikan komunitas yang sudah berdiri selama 15 tahun ini. Dicaci-maki para orangtua, diremehkan, direndahkan, sampai perlawanan fisik datang bertubi-tubi kepada Ariel dan teman-teman pendiri komunitas ini. "Pernah saat kita sedang mengajar, ada anak-anak yang melempari pakai batu koral." Sedih Ariel. 

Ariel atau Sahril Ramadhan, anak pemulung yang jadi karyawan anak usaha BUMN.

Photo :
  • VIVA/Ismoko Widjaya

Pemuda yang kini bekerja di salah satu koperasi PT Infrastruktur Telekomunikasi Indonesia atau Kopinfra ini memiliki niat tulus. Hanya ingin anak-anak para pemulung mendapat pendidikan yang layak. Ariel hanya salah satu anak pemulung yang 'lolos' dari kerasnya kehidupan Jakarta. Pernah terjerembab ke lubang hitam terdalam.

Tapi Ariel berhasil bangkit dan akhirnya mendirikan komunitas itu. Kini, Ariel dan 25 sukarelawan pengajar memberikan pendidikan gratis bagi sekitar 95 anak-anak yang tinggal di kawasan ini. Berharap, anak-anak kecil yang sudah dianggap sebagai adiknya ini bisa mengikuti jejak dirinya, dan menjadi manusia seutuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya