Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Buat Forum Dewan Pakar, Antisipasi Perubahan Iklim
- PP Muhammadiyah
VIVA Nasional – Persyarikatan Muhammadiyah, juga fokus untuk melakukan penguatan gerakan dalam mengantisipasi perubahan iklim atau climate change. Lewat Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, penyikapan terhadap ancaman perubahan iklim dilakukan.
MLH PP Muhammadiyah merasa perlu untuk memberikan pemaparan, terhadap bahaya dan potensi perubahan iklim tersebut. Maka dibuat Forum Dewan Pakar Lingkungan, yang menghadirkan sejumlah pemateri yang menjadi pakar di bidangnya. Forum tersebut mengambil tema “Peran dan Penguatan Gerakan Muhammadiyah dalam Mitigasi Perubahan Iklim”.
“MLH PP Muhammadiyah memiliki berbagai pakar dan praktisi lingkungan, yang menjadi modal besar gerakan lingkungan hidup Muhammadiyah. Tentu dengan orientasi kelestarian lingkungan,” jelas Ketua MLH PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung, dalam forum tersebut, seperti dalam keterangan persnya yang diterima, Rabu 31 Mei 2023.
Peran dan gerakan Muhammadiyah dalam isu lingkungan dan perubahan iklim ini juga, diperkuat oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas.
Jelas Anwar Abbas, posisi Muhammadiyah pada pemerintah bukan sebagai koalisi maupun oposisi. Tetapi mitra dan pengawas pada kebijakan-kebijakan yang lahir sebagai produk hukum dari pemerintah. Tentu saja kebijakan tersebut harus sesuai nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
"Muhammadiyah sebagai organisasi besar harus memiliki standing position yang memiliki pengaruh besar pada isu lingkungan hidup baik nasional bahkan hingga internasional. MLH PP Muhammadiyah memiliki tanggung jawab besar untuk itu sebagai representasi Muhammadiyah dalam bidang lingkungan hidup," paparnya.
Diantara pemateri forum tersebut, adalah mantan Menteri Kelautan yang juga Dewan Pakar MLH PP Muhammadiyah, Rokhimin Dahuri. Rokhimin memaparkan, seperti apa iklim secara global saat ini dan rentan waktu ke depannya.
Maka menurutnya, Muhammadiyah memang perlu melakukan penyikapan secara tepat. Itu dalam rangka mitigasi dan adaptasi.
Dalam pemaparannya, dia menyebut ada beberapa peran Muhammadiyah dalam isu ini. Pertama inovasi teknologi ramah lingkungan dan low carbon. Kedua peningkatan kesadaran.
Ketiga peningkatan kapasitas, advokasi di tingkat daerah, nasional, dan global. Keempat advokasi nilai-nilai Islam. Kelima pengembangan pilot project sebagai role model. Lalu selanjutnya, advokasi good governance dan law enforcement.
Lebih lanjut dipaparkan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University itu, bahwa setidaknya ada 5 prinsip Islam dalam isu perubahan iklim.
“Kelima prinsip di atas diwajibkan dan merupakan sunah dalam Islam (Alquran dan Hadits),” katanya.
Kelima prinsip tersebut, adalah pertama manusia sebagai individu maupun kelompok (masyarakat, bangsa) harus mengendalikan laju konsumsi SDA beserta segenap produk turunannya.
Kedua, manusia sebagai individu maupun kelompok (masyarakat, bangsa) harus mengendalikan atau menurunkan laju emisi GRK dan pembuangan limbah (padat dan cair) ke alam.
Ketiga, jelas dia melanjutkan, adalah cara-cara (teknologi) dalam eksplorasi, pemanfaatan (eksploitasi, produksi) SDA, pengolahan, distribusi dan marketing SDA harus ramah lingkungan.
Keempat, design and construction with nature (perancangan dan konstruksi sesuai alam). Serta kelima, implementasi pola hidup sederhana, care and share (peduli dan berbagi).
Lima prinsip ini, jelas Rokhimin, antara lain ada dalam Surat al-A’raf ayat ayat 56. Dimana artinya “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Juga masih tercantum dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dia juga mengutip beberapa Hadits Rasulullah SAW. Seperti, “Makanlah ketika terasa lapar, dan berhentilah sebelum kenyang.”
Ada juga Hadits yang berbunyi, “Dalam berwudlu harus sehemat mungkin menggunakan air.” (HR. Bukhari). Serta Hadits lainnya yakni, “Bukan umatku, jika seorang bisa tidur nyenyak, sementara tetangganya pengangguran dan miskin.” (HR.Bukhari).