Gerhana Matahari 20 April, Benarkah Pertanda Akhir Ramadhan 1444 H?

Sejumlah warga mengamati gerhana Matahari cincin melalui teleskop di halaman Masjid Baiturrahman, Kabupaten Simeulue, Aceh, Kamis, 26 Desember 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/Dani Randi

VIVA Nasional – Gerhana matahari akan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia pada Kamis, 20 April 2023. Gerhana matahari merupakan peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi. Uniknya, gerhana matahari ini terjadi di bulan Ramadhan, bulan suci dimana umat Muslim sedunia tengah melaksanakan ibadah puasa.

Hadiri Tanwir I Pemuda Muhammadiyah, Ini Kata Gibran

Peristiwa ini terjadi akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan. Juga hanya terjadi pada saat fase bulan baru dan dapat diprediksi sebelumnya. Sehingga muncul anggapan bahwa setiap gerhana matahari pasti terjadi di akhir bulan, sedangkan gerhana bulan pasti terjadi di tengah bulan. Benarkah yang demikian?

Alumni Magister Ilmu Falak UIN Walisongo, Najmuddin Saifullah mengatakan peristiwa gerhana terbentuk dengan melibatkan tiga benda langit yaitu: Matahari, Bumi, dan Bulan. Menurutnya, untuk memahami gerhana harus dimulai dengan memahami fase Bulan. Perhitungan fase Bulan dipengaruhi oleh posisi Bulan terhadap Matahari. 

Wapres Gibran Sebut Kunci di Kabinet Merah Putih Ada di Muhammadiyah

Ketika Bulan dan Matahari berdekatan atau memiliki nilai ekliptika yang sama, maka dimulai fase bulan baru. Sedangkan ketika Bulan dan Matahari berkebalikan atau memiliki nilai ekliptika mendekati 180°, maka fasenya adalah bulan purnama. 

Ilustrasi gerhana matahari.

Photo :
  • Humas Universitas Brawijaya.
Jelang Natal dan Tahun Baru 2025, Menteri Dody Bakal Fungsionalkan Ruas Tol Klaten-Prambanan

Sebagai ilustrasi, kata dia, Bulan mengelilingi Bumi mulai dari bulan baru dan kembali ke titik awal memiliki durasi 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Pada mulanya Bulan akan bergerak menjauh dari Matahari. 

Kemudian sampai ke titik terjauh (180°) pada pertengahan bulan, disebut dengan fase purnama. Perlahan Bulan akan mendekati titik yang sama dengan Matahari sampai ke titik awal kembali (0°). 

"Ketika Bulan kembali ke titik awal itulah para astronom menyebutnya dengan ijtimak/konjungsi. Peristiwa itu juga dianggap sebagai bulan baru, karena Bulan memang mulai mengelilingi Bumi kembali," kata Najmuddin dikutip dari laman Muhammadiyah, Rabu, 19 April 2023. 

Menurut Najmuddin, peristiwa ijtimak bisa terjadi di waktu pagi ataupun malam. Secara astronomi kapan pun waktunya, sepanjang sudah Ijtimak, maka bulan baru telah dimulai. Akan tetapi untuk penggunaan praktis dalam membuat kalender dan penentuan hari, maka harus ada kriteria tertentu untuk mengatur kapan dimulainya bulan baru. 

"Kalau hanya berpatokan pada Ijtimak saja, maka awal bulan bisa dimulai pukul 10:00, bisa juga pukul 17:00, bahkan ketika tengah malam pun bisa," ujarnya

Oleh karena itu, lanjut dia, ulama bersepakat untuk memulai hari ketika terbenamnya Matahari/maghrib. Ketika Bulan sudah ijtimak, maka ada syarat yang perlu ditambah. Konsep wujudul hilal yang dipakai Muhammadiyah menambahkan syarat hilal masih berada di atas ufuk saat Matahari terbenam. 

"Dengan demikian, secara astronomi Bulan memang sudah masuk bulan baru dan untuk kepentingan menentukan awal Bulan, kaidah ini bisa dipakai secara praktis," ungkapnya

Kembali kepada posisi Matahari, Bulan, dan Bumi ketika awal bulan. Posisi ini disebut sebagai ijtimak karena awal permulaan Bulan mengelilingi Bumi menggunakan acuan Matahari, dimulai pada titik tersebut. 

Ketika terjadi ijtimak, Matahari, Bulan, dan Bumi memang berada dalam posisi yang berurutan, namun tidak selalu dalam ekliptika yang sama. Hal ini disebabkan oleh bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi memiliki kemiringan yang berbeda dengan bidang orbit Bumi terhadap Matahari.

Dalam suatu masa, posisi Matahari, Bulan, dan Bumi akan berada pada garis lurus dengan bidang ekliptika yang sama. Ketika berada dalam bidang ekliptika yang sama inilah terjadi gerhana Matahari. 

"Sehingga bisa dikatakan bahwa gerhana Matahari terjadi ketika ijtimak, namun tidak setiap ijtimak terjadi gerhana Matahari. Jadi memang benar ketika terjadi gerhana Matahari, berarti bulan baru telah lahir," terang Najmuddin

Akan tetapi, bulan baru di sini adalah bulan baru versi ahli astronom, yaitu saat Bulan kembali mengitari Bumi setelah ijtimak. Ketika terjadi gerhana Matahari, kemungkinan besar esoknya sudah masuk bulan baru karena ijtimak sudah terjadi. 

Namun harus disesuaikan juga posisi Bulan ketika Matahari terbenam pada hari itu. Kalau Bulan masih berada di atas ufuk, maka menurut hisab hakiki wujudul hilal besok sudah masuk bulan baru.

"Peristiwa gerhana Bulan juga berlaku demikian. Ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam satu bidang ekliptika, maka terjadi gerhana Bulan. Jadi setiap gerhana Bulan memang terjadi ketika purnama, namun tidak setiap purnama akan terjadi gerhana Bulan," tutupnya
 

 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya