Pemikiran Geopolitik Soekarno Dinilai Masih Relevan Hadapi Situasi Sekarang

Presiden Soekarno.
Sumber :

VIVA Nasional – Doktor Universitas Pertahanan Hasto Kristiyanto mengatakan, pemikiran geopolitik penting, terlebih dari Soekarno yang menurutnya masih relevan hingga saat ini.

Saat Hasto Tanya Apakah Pilkada Sumut Layak Ditunda karena Ketidaknetralan Aparat

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara  bertajuk "Diskursus Pemikiran Politik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara," di Universitas Paramadina, Selasa, 21 Maret 2023.

Selain Hasto, hadir sebagai nara sumber lainnya yakni Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J Rachbini, Pakar Geopolitik, Dr. Dina Sulaeman; Pakar Politik Internasional, Musa Alkadzim M.I.P;  dan Dosen Universitas Paramadina, Dr. A. Khoirul Umam serta moderator Zulfan Lindan, politikus senior.

Respons Hasto PDIP, RK: Mentalitas Kalah Itu Klaim Seolah Didukung, Padahal Tidak

Dia mencontohkan bagaimana Singapura mampu menghadirkan pemimpin Korea Utara dan Presiden Amerika Serikat, Kim Jong-un dan Donald Trump kala itu. Lalu negara Vanuatu yang ingin campuri urusan dalam negeri Indonesia. 

Sekjen PDIP Cibir Pertemuan Ridwan Kamil dengan Jokowi, Bilang Begini

Jika mau ditelaah lebih lanjut, masih kata dia, sebenarnya Soekarno sudah memetakan wilayah-wilayah Indonesia sesuai strategisnya. Misalnya, di Kalimantan untuk ibu kota dan kekuatan angkatan udara.

“Kemudian Indonesia timur pusat oceanografi terbesar kita. Di situ angkatan laut kita. Jadi penelitian tentang industri, maritim, kompartemen maritim itu dibangun di timur Jawa itu kekuatan darat pusat riset dan inovasi, itu koridor strategis  dimana perguruan tinggi diatur dalam koridor strategis. Sumatera sebagai pusat perkebunan dan pangan, Sulawesi sebagai lumbung pangan,” ungkap Hasto.

Sehingga, kata dia, seperti pemikiran geopolitik Soekarno bahwa masa depan dunia itu ada di Pasifik.

“Maka dalam koridor geostrategis, Indonesia ini menjadi penjaga pintu gerbang dari Samudera Hindia, maka kita harus menjadi negara yang paling kuat di Samudera Hindia dan menyongsong masa depan di Pasifik,” jelas Hasto.

“Kami mengapresiasi beberapa waktu lalu ada ekspor pete dan jengkol ke depan. Kalian menganggap ini remeh, tetapi dalam perspektif geopolitik ini penting. Setiap hari kita menggunakan hp, tv dari Jepang setidaknya orang Jepang makan tempe, jengkol, dan pete dari Indonesia,” ungkap Hasto. Ucapannya ini mengundang tawa dari ratusan mahasiswa Paramadina yang mengikuti diskusi.

Sementara, pakar politik Internasional Dina Sulaeman menyebut geopolitik itu sangat penting. Karena mengetahui kondisi negaranya sendiri dan apa yang terjadi antar dunia. 

“Salah satu menangkal radikalisme adalah melalui geopolitik,” jelas Dina.

“Warga Indonesia yang pergi ke Suriah bergabung dengan kelompok-kelompok teroris itu mereka mengaku sedang berbuat baik, mereka mengaku sedang berjuang. Seandainya mereka paham geopolitik apa sebenarnya yang terjadi di Suriah, bahwa di situ ada penggulingan rezim, bahwa di situ ada pertarungan wilayah jalur pipa gas dari Qatar mau ke Eropa atau dari Iran mau ke Eropa,” sambungnya.

Senada, Musa pun menyebut belum ada pemimpin dunia yang setelah berkuasa mengajak pada persaudaraan bangsa bangsa untuk perdamaian dunia. Belum ada orang yang punya pemikiran seperti itu.

“Dan itu artinya Bung Karno telah melampaui geopolitik tradisional atau geopolitik konvensional yang berbasis pada imperialisme dan kolonialisme, kepada suatu yang dia cita-citakan dan dia impikan yaitu dunia tanpa imperialisme dan kolonialisme,” tegasnya.

Khoirul Umam pun menyebut, belajar geopolitik Soekarno artinya berimajinasi untuk membangun kepemimpinan indonesia dalam seluruh aspek kehidupan karena yang kita hadapi kolonialisme dan imprealisme dengan gaya baru.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya