Potret Rumah Peninggalan Mbah Maridjan Sekarang Jadi Museum
- YouTube Image Bali Vlog
VIVA Nasional – Sekitar 13 tahun lalu, Mbah Maridjan yang merupakan juru kunci Gunung Merapi meninggal dunia di usia 83 tahun. Pemilik nama asli Mas Penewu Surakso Hargo itu meninggal terkena awan panas Gunung Merapi yang menerjang rumahnya di Dukuh Kinahrejo, Slemman, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman pada 26 Oktober 2010 silam.
Mbah Maridjan ditemukan tewas pada 27 Oktober 2010 pagi di rumahnya dalam posisi sedang bersujud. Mbah Maridjan sendiri mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970 dan mendapat amanat sebagai juru kunci sejak tahun 1982.
Kini, rumah mendiang sang juru kunci Merapi tersebut menjadi sebuah museum dan destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh pengunjung dan wisatawan. Berikut ini potret rumah peninggalan sang juru kunci Merapi yang dilansir dari kanal YouTube Image Bali Vlog pada Jumat, 17 Maret 2023
Peninggalan gamelan
Terdapat barang-barang yang ditinggalkan oleh Mbah Maridjan, misalnya seperti gamelan-gamelan ini. Dalam potret di atas tampak sejumlah gamelan yang sudah terkena bekas erupsi. Terpajang juga foto-foto di dindingnya sebagai peninggalan sejarah.
Peninggalan motor dan mobil bekas evakuasi
Ada juga peninggalan kendaraan motor dan mobil yang dipakai untuk evakuasi saat Gunung Merapi erupsi. Motor dan mobil tersebut terlihat sudah tak bisa terpakai lagi dan hangus.
Peninggalan harta benda
Selain itu, ada juga harta benda lain yang menjadi peninggalan rumah Mba Maridjan seperti lemari, kursi, peralatan masak dan yang lainnya. Sama seperti gamelan, benda-benda tersebut juga sudah berwarna putih keabu-abuan karena terkena bekas erupsi Gunung Merapi.
Banyak foto dokumentasi
Terpajang juga dokumentasi foto-foto mendiang juru kuncen tersebut dengan keluarganya yakni bersama anak dan istrinya. Hingga saat ini istri Mbah diketahui masih ada begitu pula sang anak yang kabarnya menggantikan sang ayah menjadi juru kuncen Merapi.
Petilasan Mbah Maridjan
Petilasan ini menjadi tempat meninggalnya Mbah Maridjan yang digambarkan dengan sebuah batu nisan. Sementara, kuburan aslinya sendiri berada di sebelah desa. Jadi, petilasan ini menjadi saksi saat Mbah Maridjan meninggal dalam posisi bersujud. Terdapat pula foto sang juru kuncen yang terpajang di petilasan tersebut untuk mengenangnya.