Sujud saat Meninggal di Gunung Merapi 2010, Ini 5 Fakta Menarik Mbah Maridjan
- YouTube
VIVA Nasional - Pada tahun 2010 lalu, Gunung Merapi meletus dimana sang juru kunci gunung tersebut yaitu Mbah Maridjan meninggal dunia dalam keadaan bersujud. Meskipun hal tersebut masih menjadi bahan perbincangan.
Kini baru-baru ini gunung Merapi kembali mengeluarkan wedus gembel atau guguran awan panas pada Sabtu lalu, 11 Maret 2023. Hingga saat ini gunung tersebut masih melakukan aktivitas vulkanik. Berikut beberapa fakta menarik Mbah Maridjan dilansir berbagai sumber:
1. Profil Mbah Maridjan
Mbah Maridjan lahir pada 5 Februari 1927 hingga wafat pada 26 Oktober 2010. Ia merupakan seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah tersebut langsung diperintahkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Dengan adanya Mbah Maridjan sebagai juru kunci di Gunung Merapi sangat membantu warga. Pasalnya para warga akan menunggu perintah dari Mbah Maridjan untuk mengisi ketika akan meletus.
2. Berawal dari Wakil Juru Kunci
Tepatnya pada tahun 1970, Mbah Maridjan ditunjuk sebagai wakil juru kunci, lalu pada tahun 1980 ia menjadi juru kunci Gunung Merapi. Namanya semakin dikenal oleh masyarakat ketika kejadian Gunung Merapi akan meletus pada tahun 2006, ia dikenal dengan keberaniannya.
3. Meninggal Dunia
Tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2010, Gunung Merapi kembali meletus dan mengeluarkan awan panas setinggi 1,5 kilometer. Lalu gulungan awan panas tersebut melewati dimana Mbah Maridjan tinggal.
Jasad Mbah Maridjan ditemukan beberapa jam oleh tim SAR dengan 16 orang lainnya yang telah meninggal dunia. para korban tersebut mengalami luka bakar yang serius. Pada tanggal 27 Oktober 2010, telah di konfirmasi bahwa dalam insiden tersebut ada sosok Mbah Maridjan.
4. Mendapatkan Penghargaan
Setelah setelah meninggalkan Mbah Maridjan, ia mendapatkan penghargaan Anugerah Budaya 2011 dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dalam kategori pelestari adat dan tradisi. Pemberi penghargaan tersebut dilakukan oleh Sekretaris Daerah Provinsi DIY Ichsanuri, pada tanggal 29 November 2011.
5. Diwariskan Ke Putranya
Setelah Mbah Maridjan meninggal, juru kunci gunung merapi diserahkan kepada putranya yaitu Mbah Asih atau yang memiliki nama lengkap Suraksohargo Asihono. Penunjukan tersebut langsung dari Istana Ngayogyakarta pada April 2011.