Sosok Mang Uprit, Pria yang Marah Edelweiss Rawa di Ranca Upas Hancur Digilas Trail

Sosok Mang Uprit, warga yang marah melihat Kawasan Ranca Upas rusak usai ajang trail
Sumber :
  • Twitter

VIVA Nasional – Rusaknya kawasan Ranca Upas pasca dilangsungkannya ajang trail pada 5 Maret kemarin membuat nama Supriatna (44) alias Mang Uprit semakin dikenal. Pria yang berprofesi sebagai penjual bunga hias itu marah lantaran edelweiss rawa yang dirawat sejak 2021 hancur dalam sekejap.

Resmi Dibuka, FLOII Expo 2024 Bawa Semangat Optimisme Industri Tanaman Hias Indonesia

Saat dikonfirmasi, Mang Uprit bercerita bahwa sejak pagi hari saat dilangsungkannya ajang trail itu dia sudah berada di sana untuk memastikan lintasan yang akan dilewati peserta trail tidak akan merusak tanaman dan kebun warga.

Bunga Edelweiss Rawa

Photo :
  • Facebook
Berkat Astra, Budidaya Tiram Selamatkan Warga Aceh Meraup Rezeki

Berdasarkan pengamatan di pagi hari, kata Mang Uprit, dia menilai lintasan sudah layak, oleh karena itu dia memutuskan untuk kembali ke kios bunga untuk berjualan. Namun betapa terkejutnya dia ketika kembali ke lokasi pada sore hari lahan edelweiss rawa yang ia tanam rusak parah bak kubangan kerbau. Sontak emosinya pun pecah.

“Sore hari (saya lihat) itu sudah hancur parah, saat itulah saya meluapkan emosi,” ujar Mang Uprit kepada awak media, Jumat, 10 Maret 2023.

5 Wisata Alam Paling Hits di Bandung Cocok untuk Healing Bareng Teman

Mang Uprit mengatakan edelweiss rawa merupakan bunga endemik di Ranca Upas yang mungkin sudah tumbuh selama puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia sendiri bunga ini hanya ada di dua lokasi.

“Di Indonesia cuma ada di Ranca Upas sama di Ciharus Kabupaten Garut. Memang sangat langka sekali bunga iitu. Makanya kemarin saya akui saya emosi (melihat) kondisinya rusak begitu,” ungkapnya

Menjual dan membudidayakan edelweiss rawa

Diakui Mang Uprit dia memang menjual edelweiss rawa di kios bunga miliknya, oleh karena itu agar tanaman tersebut tidak punah, dia mencoba untuk tetap melestarikannya dengan cara menanamnya kembali. “Saya kepikiran bagaimana cara menjual bunga itu dengan catatan tahu cara membudidayakannya," imbuhnya.

Latar belakangnya sebagai penjual bunga membuat Mang Uprit sedikit banyak tahu tentang bagaimana cara membudidayakan edelweiss rawa. Dia menyebut di Ranca Upas sendiri lahan edelweiss rawa memiliki luas 4 hektare, namun dia baru menggarap di 1 hektare lahan saja.

Ajang motor trail Ciwidey rusak kawasan Ranca Upas

Photo :
  • Twitter

Untuk membudidayakan edelweiss rawa, Mang Uprit mengaku dia mendapatkan bibit dari alam untuk diperluas penyebarannya. "Bibit saya ambil dari alam, memang awalnya udah ada, cuman banyak lahan yang kosong, di situ saya coba tanam lagi. Intinya, setiap saya berangkat ke rawa, saya tanam,” jelasnya

Ketika sudah menjadi tunas, butuh waktu sekitar dua bulan hingga tanaman itu bisa dipetik. Biasanya Mang Uprit menjual satu ikat tanaman ini seharga Rp10 ribu. “Buat saya cukup untuk keluarga,” kata dia

Ranca Upas Ciwidey

Photo :
  • U-Report

Dia mengaku pembudidayaan edelweiss rawa ini dilakukan secara mandiri tanpa meminta bantuan Perhutani. Sayangnya, jerih payahnya itu dianggap sepele oleh banyak orang, mulai dari dicuri hingga dirusak mahasiswa yang melakukan kegiatan di tempat tersebut.

Lebih-lebih usahanya selama dua tahun itu menjadi sia-sia setelah sekelompok pengguna motor trail merusak lahan yang digarapnya. Diperkirakan ribuan tuas edelweiss rawa di lahan Mang Uprit hancur dilindas roda trail.

Meski demikian, kini dia mengaku senang lantaran pihak Perhutani dan beberapa pihak lainnya sudah mai membantu dia melestarikan edelweiss rawa.

“Intinya saya juga tidak mau menjelekkan siapa pun, mudah-mudahan jadi pelajaran buat kita melestarikan alam," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya