Kepala BMKG: Ledakan Nuklir Bisa Memicu Gempa, Tapi ...

Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Dwikorita Karnawati
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Nasional – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menepis rumor di media sosial bahwa gempa di Turki dipicu oleh sebuah teknologi milik Amerika Serikat yang dinamai High-frequency Active Auroral Research Program (HAARP).

Seminggu Sebelum Pemilu, Kamala Harris Sindir Trump Sosok Tak Stabil dan Terobsesi Kekuasaan

Dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta, Jumat, 17 Februari 2023, Dwikorita menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan, gempa di Turki merupakan gempa alamiah dan bukan bencana yang direkayasa melalui teknologi apa pun.

"Seperti [gempa di] Turki itu jelas bukan [gempa yang direkayasa melalui teknologi tertentu]; itu memang benar-benar gempa betul itu, ya," katanya.

AS Beri Peringatan Keras ke Israel Terkait UU Larangan UNRWA Beroperasi di Palestina

Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Dwikorita Karnawati

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Meski demikian, dia segera menjelaskan lagi, sesungguhnya bisa saja getaran atau goncangan yang menyerupai gempa dipicu oleh teknologi tertentu, misalnya ledakan senjata nuklir. "... ledakan nuklir itu bisa [memicu gempa] tapi gelombangnya itu beda tipe karakteristik gelombangnya."

Donald Trump Sebut Istri Barack Obama 'Wanita Jahat'

"Kami juga memonitor kalau ada [negara] tes [senjata] nuklir di mana, itu bisa terdeteksi; tapi [karakteristik gelombangnya] beda itu."

Berdasarkan penjelasan itu, Dwikorita meminta publik tak berspekulasi berlebihan tentang pemicu bencana alam termasuk gempa bumi. Seandainya memang terjadi seperti yang dirumorkan, menurutnya, pasti segera diketahui asal muasalnya berdasarkan karakteristik gelombangnya.

"Kalau [gempa di Turki] itu tidak ada indikasi apa, ledakan, tidak; jadi, itu murni gempa bumi, model gelombangnya akan beda [kalau dipicu ledakan senjata nuklir].”

Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Dwikorita Karnawati

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Isu gempa ulah Amerika Serikat

Beberapa pengguna media sosial terlibat pembicaraan panas dalam apa yang disebut 'teori konspirasi', saat mereka percaya bahwa gempa Bumi di Turki dan Suriah merupakan ulah Amerika Serikat (AS) yang menggunakan teknologi 'HAARP'.

Tagar #HAARP pernah menjadi trending Twitter, menerima lebih dari 100.000 tweet, menurut laman Geo News, Sabtu, 11 Februari 2023.

“Tiga minggu lalu, Serkan Karabakh dari FETO mengatakan akan ada gempa Bumi berkekuatan 7,4 SR. Kapal Amerika berlabuh di Turkiye dan tombolnya ditekan! Kedutaan ditutup dan anggota ditarik kembali," klaim salah satu pengguna.

Gedung-gedung hancur akibat gempa Bumi magnitudo 7,8 di Antakya, selatan Turki.

Photo :
  • AP Photo/Khalil Hamra.

Pengguna lain menulis muncul awan aneh akibat senjata HAARP milik AS yang memberi energi pada ionosfer untuk menciptakan gempa Bumi buatan pada 2 Februari 2023. Karena ingin membuat gempa buatan di Istanbul, mereka pun sengaja menutup konsulatnya.

"Yang masih bilang teori konspirasi, kamu akan paham dari pengalaman," imbau yang lain. Namun, kenyataannya, tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana faktanya.

Teknologi 'HAARP'

Apa itu HAARP? Kepanjangan dari Program Penelitian Auroral Aktif Frekuensi Tinggi (High-Frequency Active Auroral Research Program). Inisiatif penelitian HAARP telah aktif sejak awal 1990-an. Meskipun proyek tersebut memiliki beberapa tujuan, kemajuan teknologi komunikasi radio dianggap sebagai fokus utamanya.

"HAARP adalah pemancar berfrekuensi berkekuatan tinggi yang paling mumpuni di dunia untuk mempelajari ionosfer," bunyi keterangan resmi Universitas Alaska di AS.

Fasilitas penelitian dipindahkan dari Angkatan Udara Amerika Serikat ke University of Alaska Fairbanks pada 11 Agustus 2015, memungkinkan HAARP untuk melanjutkan eksplorasi fenomenologi ionosfer melalui perjanjian penelitian dan pengembangan kerja sama penggunaan lahan.

Banyak orang yang menggunakan media sosial berpikir bahwa HAARP digunakan untuk menghukum Turkiye karena menolak bekerja sama dengan Barat. Frank Hoogerbeets, seorang ahli seismologi Belanda, meramalkan gempa Bumi Turki. Bagaimana dirinya meramalkan bencana hanya tiga hari sebelumnya adalah pertanyaan lain yang diajukan orang.

Namun, semua tuduhan dan komentar berasal dari pengguna media sosial, tidak ada pejabat Turki yang mencatat pernyataan semacam itu. Oleh karenanya, AS belum menanggapi tuduhan tersebut.

Sebuah studi pada 2017 yang diterbitkan di Science Advances sampai pada kesimpulan bahwa gempa Bumi yang terjadi secara alami dan yang disebabkan oleh manusia memiliki potensi guncangan dan kerusakan yang serupa.

Program penelitian yang saat ini menjadi 'pusat desas-desus' belum diklaim di mana pun memiliki kekuatan untuk memicu gempa. Pada Oktober 2022, HAARP memulai rangkaian eksperimen terbesarnya di observatorium barunya tetapi tidak menyinggung soal gempa Bumi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya