Pesan Terakhir Ni Wayan Supini Sebelum Meninggal Akibat Gempa Turki
- Maha Liarosh (Bali)
VIVA Nasional - Ni Wayan Supini meninggal dunia dalam gempa Turki dan ditemukan di bawah reruntuhan apartemen di Dyarbakir. Bagi ketiga anaknya, mendiang dikenal sebagai sosok ibu pekerja keras.
Putra sulung Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Klungkung, Bali, I Gede Krisna Adi Pratama Putra (20) mengaku, ia berkomunikasi dengan ibunya dua hari sebelum terjadi gempa Turki.
Gede Krisna Adi Pratama Putra mengatakan, komunikasi itu menjadi percakapan terakhirnya. Saat itu, sang ibu berpesan agar ia menjaga kedua adiknya.
"Ibu terakhir berpesan untuk menjaga adik-adik dan jaga kesehatan. Dia berpesan untuk baik-baik dan jangan berantem dengan adik," kata I Gede Krisna Adi Pratama Putra, Kamis, 23 Februari 2023.
"Selama di sana ibu sering komunikasi hampir settiap hari," tambahnya.
Jenazah Ni Wayan Supini tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada Kamis, 23 Februari 2023 sore. Kedatangan jenazah disambut oleh Kapolda Bali Irjen Pol I Putu Jayan Danu Putra bersama Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan.
Keluarga dan kerabat korban juga ikut melakukan penjemputan termasuk, suami korban I Nyoman Ranten dan dua anak korban Ni Wayan Supini.
Tiba di terminal cargo domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Jenazah langsung diberangkatkan ke Klungkung dan sementara akan dititipkan di RSUD Klungkung.
Nyoman Ranten, suami korban menjelaskan, pihak keluarga saat ini tengah mencari waktu baik untuk upacara pemakaman. Ranten mengatakan, hari baik itu dimungkinkan jatuh pada 10 Maret 2023.
"Jenazah tidak diaben karena menurut istilah Bali ulah pati. Jadi secara Adat tidak memperbolehkan untuk prosesi pengabenan atau kremasi," kata Nyoman Ranten ditemui saat menjemput jenazah istrinya.
Ranten mengungkapkan, semasa hidupnya, Ni Wayan Supini dikenal sebagai pekerja keras dan menyayangi anak-anaknya. Ia memiliki keinginan besar bekerja di Turki sebagai terapis spa.
Sebelum pergi ke luar negeri, menurut Nyoman Ranten, sang istri Ni Wayan Supini mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan selama 4 bulan. Kemudian, mengurus dokumen keimigrasian di Kantor Imigrasi Kuta.
"Saat berangkat ada temannya yang membantu keberangkatannya," jelas Nyoman Ranten.