RI Dinilai Masih Perlu Banyak Ahli Intelijen untuk Kepentingan Negara

Diskusi bedah buku ‘Pembangunan Jaringan’ di Kampus 2 Ubhara
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Nasional - RI dinilai masih perlu banyak ahli intelijen untuk kepentingan negara. Alasannya, dunia intelijen juga relevan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Terpopuler: Cara Tambah Wawasan Tanpa Baca Buku, Trik Usir Laron Tanpa Matikan Lampu

Demikian disampaikan Kepala Pusat Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) Hermawan Sulistyo, dalam dikusi bedah buku ‘Pembangunan Jaringan’ di Kampus 2 Ubhara Jaya. Dia mengatakan dunia intelijen selalu menarik karena penuh rahasia dan serba tertutup.

Meski tertutup, kata dia, dunia intelijen tetap membutuhkan kapasitas intelektual yang baik. Menurut dia, intel, reserse dan akademisi merupakan satu kluster yang saling terkait satu sama lain. 

Bikin Meleleh, Perlakuan Desta ke Natasha Rizky Meski Sudah Bercerai

Bagi dia buku Pembangunan Jaringan yang ditulis intelijen senior Yohannes Wahyu Saronto ini mengupas banyak hal terkait konsep, metode dan pengembangan jaringan. Namun, tidak hanya organisasi intelijen tapi juga untuk bisnis, sosial dan pendidikan. 

"Buku ini untuk kebutuhan masyarakat. Saya tulis bukan hanya untuk komunitas intelijen. Tetapi terkait masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Buku ini bisa digunakan siapa saja," kata Wahyu, dalam keterangannya, yang dikutip pada Minggu, 12 Februari 2023.

Kepala BIN: Orang Intel Kerja Senyap, Tapi Jangan Tidur!

Salah seorang pembicara lainnya, Laksamana Muda Tentara Nasional Indonesia (TNI) Ivan Yulivan menyampaikan dengan pesatnya perkembangan teknologi canggih, saat ini orang bisa diam di rumah. Tapi, informasi masuk dengan sendirinya. 

Begitupun menurutnya perkembangan soal alat dan senjata yang bisa dikendalikan dari jauh. Teknologi senjata ini sudah dipraktikkan di sejumlah negara untuk memperkuat pertahanan negaranya.

"Ini sudah mulai berkembang dalam peperangan di beberapa negara,” ujar Ivan yang juga merupakan Staf Ahli Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Bidang Pertahanan dan Keamanan.

Sementara, jurnalis Aiman Witjaksono berpandangan profesi intelijen tidak jauh berbeda dengan jurnalis. Dia mengatakan demikian karena kemampuan insting yang tajam dalam melihat isu menjadi hal yang sama. 

Pun, dia menekankan jurnalis seperti intel yang juga mesti didukung teknologi open source intelligent (osint) sehingga akan menghasilkan produk yang luar biasa.

Diskusi bedah buku ‘Pembangunan Jaringan’ di Kampus 2 Ubhara

Photo :
  • Istimewa

Kemudian, Aiman bilang penting juga kemampuan organisasi dalam membangun jaringan akan mendorong munculnya kualitas analisis. Selain itu, untuk kecepatan bergerak dan ketepatan memilih sasaran atau segmen pasar. 

“Kemampuan tersebut dibutuhkan bukan saja untuk organisasi intelijen. Tetapi, juga bagi organisasi bisnis, lembaga nonprofit dan bahkan organisasi pendidikan seperti kampus dan sekolah," jelas Aiman.

Lalu, Rektor Ubhara Jaya Inspektur Jenderal (Purn) Bambang Karsono, mengapresasi keberadaan Buku Intelijen 'Pembangunan Jaringan' yang ditulis Yohanes Wahyu Saronto. Menurutnya, buku ini akan membuat masyarakat bisa lebih mengenal dunia intelijen.  Dia menyebut ada dua hal yang bisa diketahui melalui buku tersebut. 

"Yang pertama, semua bisa belajar dengan baik mengenai perkembangan intelijen di Indonesia. Yang kedua, buku ini juga bisa sebagai dasar mahasiswa, dalam rangka mengembangkan wawasan kebangsaan dan security yang menjadi kekhasan Ubhara Jaya," tutur Bambang.

Adapun diskusi bedah buku ini dibuka Ketua Dewan Pembina Yayasan Brata Bhakti Jenderal Polisi (Purn) Prof. Dr. Chaeruddin Ismail. Diskusi bedah buku ini juga dihadiri sekitar 50 orang jaringan komunitas intelijen antara lain mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang dan Irjen Pol (Purn) Bibit Samad Riyanto hingga eks Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai .
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya