Pemilu Makin Dekat, Walhi Ajak Pilih Pemimpin Peduli Lingkungan

Pemilu/Ilustrasi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA Nasional – Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Zenzi Suhadi minta agar calon pemimpin yang dipilih untuk Legislatif dan Eksekutif di tahun 2024 haruslah yang peduli dengan lingkungan. Walhi, kata Zenzi malah melihat pemerintah menjadi instrumen dari bisnis. Padahal, menurut dia harusnya sebaliknya.

Bawaslu Minta Sentra Gakkumdu Rumuskan Lagi Hukum Acara Pemilu

"Kami melihat meskipun terdapat pergantian presiden, namun setiap presiden masih mendukung sektor yang menguasai tambang, sawit, dan kayu. Seharusnya bisnis yang menjadi instrumen negara dalam pembangunan. Tiga tahun terakhir justru melihat lebih parah bukan hanya pemerintah yang menjadi instrument bisnis, tetapi juga negara," ujarnya kepada wartawan, Senin 6 Februari 2023.

Ilustrasi surat suara di pemilu

Photo :
  • vstory
Tamara Tyasmara Sebut 2024 Jadi Tahun Terberat Usai Dante Meninggal Dunia

Untuk itu, Walhi pun mengajak merumuskan tawaran resolusi untuk menjadi agenda bersama, yang merupakan tinjauan lingkungan hidup 2023, yakni pertama, perbaikan sistem legislasi yang berpihak pada pemulihan hidup, penegakan Hak Asasi Manusia dan demokrasi.

Kata dia, RUU perubahan iklim perlu jadi perhatian serius negara dalam memastikan keselamatan rakyat dari dan bencana iklim. Kedua, penegakan hukum sektor lingkungan dan sumber daya alam (SDA). Kejahatan-kejahatan lingkungan dan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh korporasi dinilai menyebabkan krisis dan konflik di masyarakat.

Ramalan Robert Kiyosaki Terbukti, Hati-Hati Berinvestasi saat Masa Krisis Ekonomi Global

Ketiga, ekonomi nusantara sebagai jalan pemulihan lingkungan, pemulihan hak rakyat, dan memperkecil ketimpangan akses kesejahteraan. Keempat, menciptakan ekosistem ekonomi nusantara. Ekosistem ekonomi nusantara diharap jadi kesatuan sistem yang diciptakan sebagai keterhubungan sistem yang mendukung rantai nilai ekonomi nusantara yaitu, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi, yang dilakukan oleh model corak produksi wilayah kelola rakyat. 

"Kelima, akademi ekologi secara filosofis dibangun meneruskan tradisi dan kekayaan pengetahuan lokal yang ada di nusantara. Walhi tidak menempatkan akademi ekologi sebagai alat komersialisasi pengetahuan. Penemuan-penemuan yang nantinya dijadikan bahan pengetahuan yang disebarkan untuk pedoman bagi rakyat," katanya

Zenzi menuturkan, jika Indonesia ingin mengembalikan fungsi lingkungan maka ekonomi nusantara merupakan jalan keluarnya. Ekonomi nusantara, kata dia, secara mendasar akan menjawab dua krisis besar saat ini yaitu krisis ketimpangan dalam kesejahteraan dan krisis lingkungan. Sementara Sustainability Development Goals (SDGs) yang saat ini sedang digalakkan pemerintah, disebut belum bisa diharapkan untuk jadi jalan ekonomi Indonesia dan belum bisa menjawab dua krisis utama yang sedang dihadapi Tanah Air.

Pemulihan lingkungan ini, katanya, disertai dengan ekonomi, peningkatan pendapatan di masyarakat. Pihaknya, ujar Zenzi, bukan menawarkan konsep yang kosong atau hipotesa. Yang pihaknya tawarkan adalah sesuatu yang nyata, yang jalan di masyarakat tetapi belum mendapatkan sentuhan kebijakan dan sentuhan fasilitas dari negara.

"Salah satu yang kami bangun ekosistem ekonomi nusantara justru di wilayah yang dari tahun 2020, masyarakatnya sudah memulihkan hutan yang sebelumnya setiap tahun terus kebakaran, sekarang wilayahnya sudah pulih. Ciri khas sudah pulihnya suatu wilayah itu, satu sungainya sudah kembali jernih, debit air meningkat, suhu rata-rata areanya kembali dingin," ujarnya.

Sementara itu, pokja politik Walhi, M Islah menambahkan, tahun depan sudah menghadapi Pemilu, oleh karena itu tahun ini merupakan tahun yang krusial. Tapi, terdapat satu isu yang selalu dibicarakan yaitu perubahan iklim. Tapi, katanya, bagi Indonesia, perubahan iklim tak lagi sekadar isu tetapi suatu masalah yang sudah dihadapi. 

“Dunia saat ini membutuhkan pemimpin yang peduli dengan keberlangsungan kehidupan. Apakah bumi akan menunjang kehidupan kita atau tidak, itu yang perlu diantisipasi. Dunia butuh pemimpin yang peduli dengan lingkungan,” ucap Islah.

Ilustrasi hutan.

Photo :
  • dw

Untuk itu, dirinya pun berharap para partai politik sudah mempersiapkan calon yang memiliki visi misi kepada lingkungan. Terlebih yang paham bahwa keberlanjutan lingkungan lebih penting daripada mengeruk keuntungan. Sementara itu, lanjutnya, masyarakat harus memperkuat soliditas dan jangan sampai terpecah belah.

 “Kuncinya tetap ada di rakyat Indonesia, pilih parpol yang berbobot. Jalankan Pemilu dengan baik, jujur, dan adil," katanya lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya