Ini Sosok Filsuf Franz Magnis yang Jadi Ahli Ringankan Hukuman Bharada E

Romo Frans Magnis Suseno resmikan Sekolah HAM untuk Mahasiswa
Sumber :
  • Antara/ Puspa Perwitasari

VIVA Nasional – Romo Franz Magnis-Suseno SJ jadi ahli yang meringankan hukuman untuk Bharada E dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J.

Aktor Satria Mulia Bongkar Identitas Selingkuhan Paula Verhoeven: Niko si Rambut Gondrong

Saat hadir di persidangan, Romo Franz Magnis-Suseno mengatakan dua hal yang dapat meringankan hukuman terdakwa Bharada E. Dua hal itu disampaikan Romo Magnis sebagai jawaban atas pertanyaan tim penasihat hukum Bharada E, Rony Talapessy terkait unsur-unsur yang meringankan kliennya berdasarkan sudut kajian filsafat moral.

Unsur pertama kata Romo ialah kedudukan antara Bharada E selaku penerima perintah dan eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo yang memberikan perintah untuk menembak Brigadir Yosua. 

Terungkap, Ini Profesi dan Sosok Suami Irish Bella

Saksi ahli sekaligus guru besar filsafat moral, Romo Frans Magnis-Suseno

Photo :
  • Tangkapan layar

“Yang jelas berhak memberi perintah dalam kepolisian itu tentu akan ditaati, budaya laksanakan itu adalah unsur yang paling kuat,” kata Romo Magnis di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin, 26 Desember 2022.

Kata Thomas Djiwandono soal Sosok Sri Mulyani: Beliau Pemimpin Luar Biasa

Unsur kedua, adanya keterbatasan situasi yang sangat membingungkan karena pada saat itu Bharada E harus mempertimbangkan secara matang, memberi reaksi atas perintah yang diberikan. 

“Kedua, keterbatasan situasi yang tegang, yang amat sangat membingungkan. Saya kira semua itu di mana dia saat itu harus menentukan laksanakan atau tidak. Tidak ada waktu untuk pertimbangan matang, dia harus langsung bereaksi, menurut saya itu tentu dua faktor yang secara etis sangat meringankan,” tambahnya.

Lantas, siapakah sosok Filsuf Franz Magnis ini?

Romo Franz Magnis Suseno

Photo :
  • ANTARA/ Ujang Zaelani

Franz Maginis Suseso memiliki nama panjang yakni Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis. Dirinya lebih dikenal dengan panggilan Romo Magnis. Ia lahir di Silesia, Jerman, 26 Mei 1936. Magnis merupakan anak pertama dari 6 bersaudara  dari pasangan Dr. Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Grafin von Magnis.

Keluarga ayahnya adalah keluarga bangsawan pemilik hutan di kawasan Silesia, daerah hutan milik mereka masuk wilayah yang kemudian menjadi Jerman Timur. 

Namun, setelah Perang Dunia II, tempat itu malah dimasukkan sebagai wilayah Polandia yang menyebabkan keluarga Franz harus kehilangan harta dan kampung halamannya begitu saja.

Keluarganya termasuk satu dari 14 juta orang Jerman yang saat itu dijadikan balasan atas Perang Dunia II yang dilancarkan Jerman dan diusir dari Eropa Timur. 

Franz bersama dengan orang tua dan adik adiknya yang dulunya adalah keluarga bangsawan harus merasakan tidur dengan perut kosong dan kelaparan setiap malamnya.

Meski berasal dari keluarga bangsawan yang harus kehilangan hartanya, kedua orang tuanya tidak pernah menyesalkan atau mengeluhkan nasib mereka yang berubah drastis.

Franz Magnis Suseno yang diharapkan bisa membangun kembali keluarga Magnis malah memutuskan untuk menjadi Jesuit di novisiat Tarekat. Tentu saja, ibu dan ayahnya merasa sangat berat dan terpukul mendengar keputusan Franz Magnis. Bahkan ayahnya menawarkan untuk kuliah satu semester dulu walalupun tetap ditolak Franz Magnis.

Ia sudah bulat untuk menjadi aktivis gereja. Franz Magnis sudah mengucapkan tiga kaul seorang birawan Katolik : taat (kepada atasan), wadat (tidak kawin dan tidak aktif secara seksual), dan miskin (tidak memilki sesuatu secara pribadi).

Pada tahun 1960, ia memberitahu bahwa lamarannya ke Indonesia dipenuhi dan kedua orang tuanya berat untuk melepaskan anak sulungnya ini. Franz pun kemudian datang ke Indonesia karena ingin belajar di Yogyakarta tentang filsafat dan teologi.

Tinggal di Yogyakarta mengharuskan Franz Magnis harus belajar bahasa Jawa. Pada tahun 1967, ia diangkat menjadi imam (pastor) dan prosesi pentahbisannya dihadiri oleh kedua orang tuanya yang datang dari Jerman.

Namun, pada tahun 1977, kabar berat menerpa keluarga mereka, Ayah Franz Magnis dikabari bahwa anaknya bukan warga Negara Jerman lagi, dan  menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). 

Seminggu setelah menjadi WNI, Magnis mengembalikan paspor ke kedutaan Jerman. Ia juga menambahkan nama ‘Suseno’ di belakang namanya.

Sejak itulah ia mencurahkan perhartian dan kepeduliannya terhadap Indonesia. Ia dedikasikan dengan mengajar di beberapa perguruan tinggi. Bahkan, ia sangat fasih berbahasa Jawa. Selain itu dia sangat mendalami kebudayaan Jawa.

Seorang budayawan dan tokoh rohaniawan

Budayawan Franz Magnis Suseno.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna

Kini Franz Magnis Suseso dikenal sebagai budayawan, tokoh rohaniawan atau pemikir di Indonesia. Hal ini sesuai dengan bidang pendidikannya. Ia  menyandang gelar doktor ilmu filsafat dari Universitas Muenchen, seperti tertulis dalam bukunya Etika Jawa. 

Sementara Disertasinya berjudul Normative Voraussetzungen in Denken des Jungen Marx (1843-1848 -- Fungsi Premis-Premis Normatif dalam Pemikiran Marx Muden).

Romo menghabiskan kesehariannya dengan berlari santai dan menjadi dosen tetap di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Selain itu, menjadi dosen tidak tetap di Fakultas Sastra dan Fakultas Psikologi UI dan ia telah membuat banyak buku tentang Jawa dan Filsafat.

Biodata singkat

PENDIDIKAN:

  • SD, Jerman, 1946
  • SLP,  Jerman
  • SLA Humanistische Gymnasium, Jerman, 1955
  • Ilmu Kerohanian, Jerman, 1955-1957
  • Philosophische Hochschule Pullach, Jerman, 1960
  • Institut Filsafat Teologi di Yogyakarta, 1968
  • S3, Universitas Muenchen, Jerman,  1973

KARIER:

  • Dosen Tetap Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (1969-sekarang)
  • Dosen Tidak Tetap di Fakultas Sastra UI (1976-sekarang)
  • Dosen Tidak Tetap di Fakultas Psikologi UI (1978-sekarang)
  • Dosen tidak tetap di beberapa perguruan tinggi

KARYA:

  • Kita dan Wayang
  • Etika Umum, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral
  • Etika Jawa dalam Tantangan
  • Etika Jawa, sebuah Analisa Filsafat tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa
Kabagops Polres Solok Selatan berinisial DI Diduga Pelaku Penambakan Kasatreskrim

Sosok AKP Dadang Iskandar Pelaku Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Berapa Hartanya

Saat ini Indonesia tengah dikejutkan dengan peristiwa polisi tembak polisi. Kejadian tersebut terjadi oleh Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Solok Selatan.

img_title
VIVA.co.id
23 November 2024