Cara Islam dan Budha di Desa Selanegara Banyumas Jaga Kerukunan, Rutin Belajar Gendingan

Warga Desa Selanegara Banyumas berlatih gending jawa
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Nasional – Menyusuri wilayah di Kabupaten Banyumas memang sungguh mengasyikan, terutama di daerah pinggiran yang terdapat banyak persawahan dan sungai yang membelah wilayah yang dahulu masih dalam bentuk Karesidenan.

Dapat Dana Rp200 Ribu Per Bulan, Simak Cara Mengajukan Bansos untuk Anak Yatim Piatu

Selain tempat yang indah, masyarakat Banyumas pun terkenal keramahannya. Mereka yang memang asli Banyumas sangat menghargai orang asing yang masuk di wilayahnya.

Dari situlah perkembangan dan kemajuan dalam hidup saling hormat menghormati tumbuh secara tradisional yang artinya tanpa harus diajari cara menghargai orang.

Kemenag Selenggarakan Forum Sharia Internasional yang Dihadiri 14 Negara, Ini yang Jadi Pembahasan

Seperti halnya saat menyusuri wilayah kecamatan Sumpiuh yang terletak di sebelah timur arah menuju kota besar seperti Yogyakarta dan lainnya. Pemandangan orang yang sibuk di sawah dan warga yang membuka usaha dawet ireng di pinggir jalan raya nampak membuat nuansa pedesaan yang indah.

Bappenas Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Pedesaan Harus Bisa Adaptif

Di Kecamatan Sumpiuh tepatnya di Desa Selanegara terdapat sebuah Vihara Setiyadana yang menjadi pusat kegiatan peribadatan agama Budha warga di desa tersebut terutama di RT 01 RW 01. Letaknya pun berada di jalan raya yang bisa dilalui semua jenis kendaraan.

Ketua Vihara Setiyadana, Tugiran Suhadi menjelaskan secara umum agama Budha masuk ke wilayahnya sekitar tahun tahun 1966-an. Saat itu pun masuk dengan cara yang damai, karena kultur budaya masyarakat Banyumas yang sangat terbuka dan menghargai kebenaran ajaran Tuhan sesuai dengan keyakinannya.

"Agama Budha mulai tersebar disini sekitar tahun 1966, dan tidak ada yang namanya konflik dengan agama lain sejak masuk kesini," kata Tugiran.

Tugiran menceritakan sikap toleransi sangat kuat, bahkan umat lain seperti mayoritas Islam dan sebagian Kristen selalu hidup berdampingan. Bahkan ada kegiatan latihan gending jawa yang diadakan tiap Senin malam selalu duduk bersama.

"Tiap hari Senin malam baik Budha, Islam, dan Kristen suka berkumpul disini latihan gendingan, sambil melestarikan kebudayaan Banyumas, dan selalu damai," ujarnya.

Vihara Setiyadana yamg dibangun secara gotong royong tahun 1987 lalu mengalami perbaikan tahun 2013 secara resmi digunakan untuk peribadatan Agama Budha tahun 2017 setelah adanya renovasi.

"Kalau dari dulu Vihara selalu digunakan warga Budha disini, karena perhatian dari masyrakat dan pemerintah direnovasi dan diresmikan," kata Tugiran.

Ditambahkan ketika perayaaan hari besar Islam seperti Idul Fitrii para umat Budha di desa Selanegara yang berjumlah 58 orang juga selalu andil dalam menjalin kerukunan, misalnya ikut saling bermaaf maafan dan juga bersilaturahmi.

Secara umum umat Budha selain di desa Selanegara juga terdapat di desw Lebeng, Ketanda, dan Banjarpenepen. Saat ini ada sekitar 200 KK yang menganut agama  Budha, selain itu juga sebagian kecil yang beragama Kristen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya