Anak Muda Jadi Sasaran Kelompok Terorisme, Boy Rafli Ingatkan Waspadai Ini
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Nasional - Generasi muda disebut jadi sasaran kelompok teroris dan ektremis lewat penyalahgunaan internet untuk melakukan propaganda. Selain itu, generasi muda juga dibidik kelompok tersebut dalam pendanaan terorisme.
Demikian disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Boy Rafli Amar dalam Aqaba Process - Southeast Asia High Level Tech Meeting Preventing Terrorist and Violent Extremist Exploitation of the Internet di Bali.
Menurut Boy, selama ini kelompok terorisme dan ekstremisme menyalahgunakan internet demi tujuan lakukan propaganda. Selain itu, ia mengatakan kelompok tersebut berusaha menyedot pendanaan terorisme. Sasarannya sama yaitu dengan membidik generasi muda.
"Selama ini kelompok teroris telah menyalahgunakan internet untuk melakukan propaganda, rekrutmen, perencanaan hingga pendanaan tindak pidana terorisme yang menargetkan anak muda. Bahkan, mendorong pelibatan perempuan melakukan aksi teror," kata Boy, dalam keterangannya, yang dikutip pada Senin, 28 November 2022.
Bagi dia, perlu ada pemahaman bersama dalam komitmen antara pemerintah, organisasi, entitas internasional. Selain itu, penting juga perusahan teknologi dalam menghadapi tantangan tersebut.
Boy bilang upaya itu dengan menggunakan pendekatan multidisiplin serta menguatkan kemitraan.
"Tak hanya antar negara namun juga dengan berbagai organisasi internasional. Dan, perusahaan teknologi untuk mengatasi tantangan eksploitasi internet oleh kelompok teroris dan ekstremis kekerasan," jelas eks Kapolda Banten tersebut.
Dia menyinggung persoalan tersebut di hadapan 16 negara yang hadir dalam forum tersebut. Beberapa yang hadir antara lain Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Kamboja, Filipina, Perancis, AS, Inggris, Yordania, Australia, Jepang, India, Kenya, Selandia Baru, Belanda.
Adapun dalam forum di Bali kali ini diselenggarakan bersama Pemerintah Indonesia RI dan Australia. Kemudian, didukung Kerajaan Hasyimiyah Jordania.
Lalu, dalam akhir pertemuan ini pemerintah, organisasi internasional dan perusahaan teknologi sepakat memperkuat kerja sama penanggulangan terorisme dan esktremisme.
Selain itu, para peserta juga membahas persoalan kekerasan khususnya antara negara-negara kawasan Asia Tenggara dalam mempromosikan penggunaan crisis/incident response protocol saat terjadi penyalahgunaan internet untuk tujuan terorisme dan ekstremisme kekerasan.
Kemudian, forum ini juga diikuti perwakilan perusahaan teknologi seperti Meta, Tik Tok, Microsoft, YouTube, dan Google.