Jawab Tudingan IKN Rusak Lingkungan, Kepala Otorita Buka-bukaan Kondisi Hutan di Kalimantan

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Nasional – Pemerintah menepis tudingan sebagian kalangan terutama kelompok pelestari lingkungan tentang potensi besar perusakan lingkungan akan keberadaan dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Apalagi hutan Kalimantan disebut sebagai salah satu paru-paru dunia.

Penuhi Kriteria Ini, Gedung Menara 2 BTN Dapat Sertifikat Green Building

Kawasan inti IKN Nusantara, Kepala Otorita IKN Nusantara Bambang Susantono menjelaskan duduk perkaranya, sesungguhnya merupakan hutan produksi, bukan hutan tropis sebagaimana ekosistem asli belantara di Kalimantan.

"Bukan hutan rimba yang kayak dibayangkan banyak orang seperti di Amazon itu, bukan, ini hutan produksi," katanya dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta, Kamis, 3 November 2022.

Badan Perdagangan dan Pembangunan AS Bangun Pusat Komando di IKN Nusantara, Ini Tujuannya

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Pembangunan IKN, dia menegaskan, alih-alih akan merusaka lingkungan, justru akan mengembalikan eksosistem asli hutan di sana menjadi hutan tropis. Memang, katanya, diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk memulihkannya tetapi tetap harus dilakukan.

Indonesia dan Tantangan Emisi Karbon, Mengapa Kita Harus Peduli?

Pertama-tama, Bambang mengatakan, berdasarkan konsep utamanya, IKN dibangun di atas lahan seluas 256.000 hektare. Tetapi, tidak semua lahan seluas itu dibangun untuk IKN, melainkan hanya 25 persennya; selebihnya untuk kawasan hijau berupa hutan dan berbagai lansekap lainnya yang berbasis konsep ramah lingkungan (green).

Kejayaan hutan tropis

Sebanyak 65 persen dari kawasan itu hanya khusus untuk hutan. Namun, hutan yang ada sekarang berupa hutan produksi dan kelak secara bertahap akan dikembalikan menjadi hutan tropis.

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Untuk memulihkan hutan tropis tersebut, pemerintah, yakni Kementerian Lingkungan Hidup, telah membangun persemaian pohon untuk hutan tropis di Mentawir, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Persemaian mampu menghasilkan 15 juta pohon per tahun.

Memang, kata Bambang, butuh waktu lama untuk mengembalikan hutan tropis Kalimantan, sedikitnya 15-20 tahun, apalagi setelah sekian lama hutan di sana menjadi hutan produksi. "Tapi kita harus mulai; kalau enggak kita enggak akan punya kesempatan itu," ujarnya, menegaskan bahwa reforestasi atau penghutanan kembali merupakan kebijakan mendesak dan harus segera dilakukan.

Kelak, ketika hutan tropis Kalimantan telah pulih, Kalimantan tidak hanya menjadi lebih hijau, tetapi juga akan terbentuk keanekaragaman hayati. "Sehingga bisa berperan sebagai carbon sink, penyerap karbon, dan tidak hanya itu, nanti kita kembalikan lagi kejayaan dari hutan tropis Indonesia," katanya.

Presiden Jokowi dan Sejumlah Menteri Kabinet di Titik Nol IKN

Photo :
  • Sekretariat Presiden

Sponge city

Sedangkan 10 persen lahan lainnya akan digunakan untuk berbagai fasilitas yang mendukung konsep 'green', di antaranya akan dibangun "sponge city", yakni danau-danau kecil untuk menampung air hujan.

"Pada waktu kemarau kita butuh, kita bisa keluarkan airnya," kata Bambang.

Selain itu, gedung-gedung yang dibangun di sana akan dirancang harus memenuhi segala aspek ramah lingkungan. Begitu pula dengan fasilitas publik lainnya, termasuk kendaraan dan transportasi publik tidak boleh lagi menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya