Dahnil Anzar Simanjuntak: Muhammadiyah Harus Melakukan Pembaharuan Jilid II
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Nasional – Muhammadiyah akan menggelar Muktamar ke-48 di Solo pada 18-20 November 2022. Selain soal struktur kepemimpinan di tubuh persyarikatan tersebut, persoalan pembaharuan di tengah-tengah masyarakat kini juga diangkat.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2018, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Muktamar di Solo nanti tentu harapannya adalah bisa menggembirakan serta mencerahkan. Dia berharap, tidak terjebak soal komposisi kepemimpinan semata.
"Semoga semua Muktamirin (peserta muktamar) tidak terjebak sekedar membahas struktur, komposisi Pimpinan Muhammadiyah mendatang. Sebagai gerakan, Muhammadiyah sudah sangat matang, dan tidak pernah tergantung dengan figur, namun bersandar pada sistem dan jamaah yang otonom," jelas Dahnil, dalam keterangannya, Rabu 16 November 2022.
Dalam Muktamar, peserta akan memilih puluhan nama yang diajukan untuk menjadi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Nantinya, akan ada 13 nama sebagai formatur, yang secara otomatis menjadi pimpinan. Siapa yang berhak, Dahnil menilai soal tua dan muda di struktur bukan hal yang menarik untuk diangkat.
"Saya sama sekali tidak tertarik dengan diskursus umur biologis pimpinan Muhammadiyah, terkait harus diisi tua atau muda. Bagi saya diskursus tersebut justru terbelakang. Saya hanya tertarik dengan diskursus pemikiran dan gerakan Muhammadiyah yang mampu menjadi solusi bagi kehidupan modern," jelasnya.
Mereka yang telah bersedia dicalonkan sebagai pimpinan Muhammadiyah, menurut Dahnil adalah kader-kader terbaik yang dimiliki persyarikatan. Mereka juga adalah orang-orang yang pantas memimpin, kata Dahnil.
"Maka, Muktamirin harus fokus memastikan sebagai gerakan, Muhammadiyah tidak kehilangan ruh tajdid-nya (pembaharuan). Ruh berkemajuan-nya. Di tengah dinamika dakwah yang terus berubah," katanya.
Dahnil lebih condong untuk membahas, bagaimana Muhammadiyah memberi rumusan dalam menghadapi tantangan ke depannya. Seperti dalam merumuskan panduan untuk politik, ekonomi kontemporer, dan banyak sisi kehidupan yang menurutnya bisa dihasilkan oleh Muhammadiyah dan menurutnya lebih dibutuhkan oleh umat saat ini.
"Bila Mbah Dahlan (KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah) dulu memulai gerakan modern dengan berbagai pembaharuan, saat ini apa produk pembaharuan Muhammadiyah? Ini yang harus dilakukan Muhammadiyah kedepan," paparnya.Â
"Muhammadiyah harus masuk pada fase pembaharuan abad ke 2 setelah 1 abad Muhammadiyah mengabdi bagi Indonesia dan dunia," lanjut Dahnil.