15 Kebun Bibit di Jakarta Menjadi Lokasi Agro Eduwisata

Salah satu pemanfaatan dari ruang terbuka hijau.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Pemprov DKI Jakarta mengembangkan 15 kebun bibit sebagai destinasi agro eduwisata bagi warga Ibu Kota.

Garap Lahan Pertanian 20 Ha Pakai Padi Biosalin, PGN Gandeng BRIN hingga Pemkot Semarang

Salah satunya Vezo Grapes Farm yang terletak di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menjelaskan, agro eduwisata merupakan lokasi wisata berbasis pertanian (agro) dengan konsep wisata sambil belajar (edukasi). Ia menyebut, ini merupakan contoh nyata kolaborasi antara pemerintah sebagai kolaborator dengan warga sebagai kokreator.

Kelompok Petani Jeruk di Curup Bengkulu Jangkau Pasar Lebih Luas Berkat Pemberdayaan BRI

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat atau komunitas untuk dapat memanfaatkan lahan kosong di sekitar tempat tinggalnya sebagai lahan pertanian, bahkan sebagai agro eduwisata.

“Sempatkan mampir ke sini, kemudian belajar, lalu gunakan pengalaman di sini untuk menumbuhkan hal yang sama di tempat masing-masing,” katanya.

Dishub Jakarta Masih Kaji Wacana Kenaikan Tarif TransJakarta

Ia mengungkapkan, Pemprov DKI saat ini sedang mengembangkan agro eduwisata di 15 kebun bibit yang dikelola Dinas KPKP.

Belasan kebun bibit ini pun terus dikembangkan agar menjadi destinasi wisata unggulan di Ibu Kota.

Selain itu, agro eduwisata juga dikembangkan di lokasi-lokasi pertanian perkotaan di lingkungan warga, dengan pembinaan dan pendampingan dari Pemprov DKI.

“Pihak swasta juga bisa mengembangkan lokasi agro eduwisata dengan pengelolaan yang sama seperti halnya agro eduwisata yang sudah ada di berbagai daerah. Berwisata sambil belajar tentang pertanian (agro) adalah kegiatan utama yang dapat dilakukan," ujarnya.

"Namun, bisa juga melakukan kegiatan lain di lokasi agro eduwisata, seperti olahraga, pentas seni budaya, seminar, dan lain-lain,” tambahnya.

Selain sebagai sarana edukasi, pengembangan agro eduwisata juga diharapkan bisa membantu mewujudkan target Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Ibu Kota.

Bagi masyarakat, mengunjungi lokasi agro eduwisata bisa menjadi destinasi wisata serupa yang selama ini masyarakat harus keluar kota untuk dapat menikmatinya.

“Keunggulan utama dari agro eduwisata yang ada di Jakarta adalah konsep wisata alam berbasis pertanian yang belum ada di lokasi wisata lain di Jakarta," tuturnya.

Agro eduwisata yang dikembangkan Pemprov DKI pun diharapkan bisa jadi alternatif masyarakat berlibur.

"Adapun yang kami lakukan saat ini adalah menata lokasi agro eduwisata menjadi destinasi wisata agro yang representatif dan melakukan publikasi bahwa di dalam kota Jakarta terdapat agro eduwisata yang tidak kalah dengan agro eduwisata lainnya yang sudah ada,” tuturnya.

Beragam kegiatan, seperti olahraga, pentas seni, hingga seminar pun bisa dilaksanakan di lokasi agro eduwisata.

Suharini mengatakan, dalam menata dan mengembangkan agro eduwisata, DKPKP berkolaborasi dengan perencana, praktisi, akademisi, dan berbagai pihak terkait lainnya.

Agar semakin dikenal publik, untuk saat ini belum dikenakan biaya yang dibebankan kepada warga yang berkunjung ke lokasi agro eduwisata di aset milik Pemprov DKI Jakarta.

Pengembangan Urban Farming 
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas KPKP mengembangkan pula konsep pertanian perkotaan (urban farming) dengan memanfaatkan lahan yang ada lewat budidaya pertanian, pengelolaan hasil pertanian, dan pemasaran hasil pertanian.

Hal ini dilakukan lantaran semakin cepat alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman dan bangunan komersial lainnya di Ibu Kota.

Akibat semakin sedikit lahan pertanian, maka tingkat ketergantungan bahan pangan dari luar Jakarta semakin tinggi.

Di sisi lain, perubahan iklim dan bencana juga berdampak pada penghidupan masyarakat DKI Jakarta.

Kejadian bencana banjir di beberapa wilayah kota dan kenaikan suhu menganggu proses produksi. Bukan hanya pertanian, tetapi juga peternakan dan perikanan, sehingga berdampak pada ketersediaan pangan yang berkurang.

"Diharapkan pendekatan pertanian perkotaan yang berbasis ruang akan bisa mengatasi penurunan produksi yang diakibatkan penurunan luas lahan pertanian," kata Suharini.

Ia menambahkan, konsep pertanian berbasis ruang akan lebih mengintensifkan lahan sempit, dengan pendekatan pertanian vertical. Bahkan bisa juga memanfaatkan ruang tanpa lahan, seperti atap gedung, dinding bangunan, pinggir jalan, dan lain-lain.

Sampai saat ini, sudah ada beberapa inisiatif pertanian perkotaan, baik yang diinisiasi oleh pemerintah maupun kegiatan lembaga non-pemerintah dan masyarakat.

Desain Besar Pertanian Perkotaan DKI Jakarta Tahun 2018-2030 pun diharapkan akan menjadi acuan bagi semua pelaku pertanian perkotaan, untuk mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di DKI Jakarta.

Desain Besar Pertanian Perkotaan memiliki tiga target utama sampai pada 2030, yaitu:
A). 30 persen peningkatan ruang terbuka hijau produktif;
B). 30 persen peningkatan produksi pertanian, peternakan, dan perikanan (termasuk produk olahan); dan
C). 1.000 sertifikasi produk olahan pertanian, peternakan, dan perikanan.

Dengan fokus pengembangan urban farming pada beberapa sasaran antara lain:
- Rumah Susun
- RPTRA
- Sekolah
- Kelompok Tani
- Perkantoran
- Lahan Tidur/Lahan Kosong
- Lahan Laut

Instruksi Gubernur No 14 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pertanian Perkotaan menjadi landasan atau pedoman dalam melaksanakan pertanian perkotaan bagi masyarakat DKI Jakarta.

Regulasi yang ada mampu mendorong partisipasi warga masyarakat, dalam memanfaatkan ruang-ruang yang ada di sekitarnya untuk berkegiatan urban farming.

Dengan pengembangan urban farming ini, masyarakat bisa mendapat produk pertanian yang lebih sehat dan segar, karena minim penggunaan bahan pestisida kimia.

Urban farming ini bermanfaat secara ekonomi, edukasi, dan kesehatan, serta mudah dilakukan dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan barang-barang yang ada.

Kebutuhan pangan keluarga atau kelompok pun bisa terpenuhi dengan urban farming ini.

Pemprov DKI melalui Dinas KPKP pun membantu masyarakat dalam menjual produk hasil urban farming, dengan mempertemukan pegiat urban farming dengan offtaker (pemasok kebutuhan industri/pasar).

Apabila memungkinkan kolaborasi antara pegiat urban farming dengan offtaker, maka Dinas KPKP akan terus melakukan pendampingan agar kerja sama tersebut berjalan dengan baik.

Pemasaran produk olahan pertanian bisa dikembangkan dengan bergabung dalam Jakpreneur. Dinas KPKP saat ini juga membina Ikatan Komunitas Hidroponik (IKONIK) dan Komunitas BalkotFarm yang dapat menjadi sarana pemasaran produk hasil budidaya pertanian.

Selain itu, terdapat pula pemasaran melalui Pasar Tani di Kementerian Pertanian RI yang dilaksanakan setiap hari Jumat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya