Hotman Paris Yakin Tangisan Ferdy Sambo Bukan Sandiwara
- VIVA/ Aiz Budhi
VIVA Nasional – Pengacara kondang Hotman Paris rupanya meyakini bahwa tangisan Ferdy Sambo bukanlah sekadar sandiwara atau settingan sehingga bernilai ada potensi dirinya lolos dari pembunuhan berencana.
Seperti yang diketahui, sebelumnya Hotman Paris memang nyaris menjadi kuasa hukum dari Ferdy Sambo. Namun tawarannya itu ditolak oleh Hotman lantaran dirinya tidak bisa tidur dan tidak disetujui oleh istri serta anak-anaknya.
Sebagai seorang praktisi hukum, Hotman yakin bahwa Ferdy Sambo yang menangis di depan ajudannya, Bripka Ricky Rizal saat sedang menceritakan peristiwa dugaan pelecehan seksual kepada sang istri, Putri Candrawathi itu bukanlah settingan.
"Saya baca itu, benar seorang Jenderal menangis. Ya saya baca lagi, jarak waktu dia menangis sampai kemudian penembakan itu kurang dari 45 menit dan itu tidak ada orang lain, jika itu berpura-pura,” ujar Hotman yang dikutip dari Catatan Demokrasi tvOne pada Jumat, 4 November 2022.
"Dan waktu itu kan belum ada sandiwara, belum terbongkar. Maksud saya, disitulah motivasi saya bisa masuk bahwa unsur-unsur pembunuhan berencana bisa lolos dari situ, kalau pasal 338 agak susah untuk lolos" sambungnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Saor Siagian, inisiator Tim Advokat Penegakan Hukum dan Keadilan (TAMPAK) rupanya tidak sepakat dengan pernyataan dari Hotman tersebut. Saor Siagian meyakini kalau tangisan Ferdy Sambo adalah trik belaka yang memang sengaja dibangun oleh Mantan Kadiv Propam Polri tersebut.
"Cuma kalau soal nangis-nangis itu, Pak Hotman itu sudah terbantahkan. Ternyata itu betul-betul trik yang dibangun oleh Sambo," kata Saor.
Saor melanjutkan bahwa trik tangisan itu tak hanya dilakukan kepada para ajudannya saja yakni Bharada E dan Bripka Ricky Rizal. Tetapi, Ferdy Sambo juga melakukan trik tangisan itu ke orang lain seperti ke Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo hingga ke Komisioner Kompolnas RI, Poengky Indarti.
Jadi, menurutnya tangisan Ferdy Sambo dinilai sebagai bagian dari perencanaan pembunuhan yang dilakukannya terhadap mendiang Brigadir J.
"Jadi artinya itu adalah benar-benar perencanaan dengan trik nangis itu meyakinkan bahwa dia seperti korban," katanya lagi.
Hotman Paris pun langsung kembali memberi tanggapannya dengan membenarkan tangisan di depan Kapolri dan di hadapan Poengky memang bisa saja direncanakan. Akan tetapi, pengacara Teddy Minahasa itu masih juga tak yakin kalau tangisan Sambo di depan ajudannya itu sengaja disetting.
"Mungkin nangis-nangis belakangan, bisa saja di rekayasa. Tapi kalau seorang Jenderal berdua sama ajudannya nangis, kayaknya agak susah itu disimpulkan rekayasa tangisan,” ucap Hotman.