Cerita Pilu Farzah, Korban Tragedi Kanjuruhan ke-135 Malah Dicovidkan

Farzah Dwi Kurniawan (20 tahun), dimakamkan.
Sumber :
  • VIVA/ Lucky Aditya.

VIVA Nasional - Aremania kembali diselimuti kabar duka atas kepergian salah satu suporter dalam Tragedi Kanjuruhan. Farzah Dwi Kurniawan (20 tahun), warga Sudimoro Utara, Mojolangu, Lowokwaru Kota Malang, menjadi korban meninggal dunia ke 135 dalam salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah sepak bola dunia.

Deretan Kecelakaan Pesawat di Bulan Desember 2024, Tragedi Jeju Air Jadi Paling Mengerikan

Menghembuskan Nafas Terakhir pada Minggu

Mendiang menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu, 23 Oktober 2022, sekitar pukul 23.00 WIB di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang. Dia selama 23 hari dirawat di RSSA selama itu pula mendiang menjalani masa kritis akibat gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan.

Viral Kericuhan Suporter Aremania Vs Persikmania di Perbatasan Malang-Kediri

Farzah Dwi Kurniawan (20 tahun), dimakamkan.

Photo :
  • VIVA/ Lucky Aditya.

Ratusan Aremania Turut Mengantar

Permintaan Maaf Wiliam Pada Aremania, Janji Kalahkan Persis Untuk Obat Luka

Jenazah mendiang dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sudimoro, pada Senin, 24 Oktober 2022. Ratusan Aremania turut mengantar kepergian Farzah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Beberapa kerabat, sahabat dan keluarga sangat terpukul dengan kepergian mendiang.

"Saya teman sejak kecil, anaknya itu baik, rajin dan pintar. Saya saat itu juga melihat (pertandingan Arema versus Persebaya). Cuma beda tribun. Teman-teman kampung (Farzah dan kawan-kawan) di ekonomi saya di VIP (Stadion Kanjuruhan)," kata Amanda Febianti Putri, 20 tahun.

Saat Dievakuasi Wajah Sudah Membiru

Amanda mengungkapkan saat Tragedi Kanjuruhan korban berada di Tribun Selatan bersama rekan-rekannya. Tribun Selatan merupakan area paling banyak ditembakan gas air mata oleh polisi ke suporter.

Farzah Dwi Kurniawan (20 tahun), dimakamkan.

Photo :
  • VIVA/ Lucky Aditya.

"Saat dievakuasi wajahnya sudah membiru. Terus korban dibawa ke RSSA dan dirawat selama 23 hari karena kritis, hingga dikabarkan meninggal dunia," ujar Amanda.

Dicovidkan Rumah Sakit

Amanda dan beberapa Aremania sempat kesal dengan dokter yang merawat korban. Sebab, di RSSA korban dinyatakan positif COVID-19. Hal ini membuat Aremania kecewa, sebab mereka menuding bahwa penyebab utamanya adalah gas air mata.

"Dia dirawat selama 23 hari karena kritis di RSSA. Dia di COVID-19 kan, padahal dia kena gas air mata Tragedi Kanjuruhan. Selama dirawat tidak boleh dijenguk karena COVID, jadi hanya kakaknya yang bisa menjaga," tutur Amanda.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya