Cegah Radikalisme di Sekolah, Partai Garuda Desak Pemerintah Buka Hotline Khusus

Wakil Ketua Umum DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Nasional - Isu penjegalan siswa nonmuslim jadi Ketua OSIS di salah satu sekolah di Jakarta Utara disorot. Isu pelarangan siswa nonmuslim jadi Ketua OSIS itu dinilai bentuk intoleransi.

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8% Jika Kebocoran Anggaran Diatasi

Wakil Ketua Umumn DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi mengatakan upaya itu bagian intoleransi yang dilakukan guru.

"Lagi dan lagi bentuk intoleransi terjadi oleh guru, dimana atas nama agama, menjegal anak muridnya untuk menjadi ketua OSIS hanya karena beragama non muslim," ujar Teddy, dalam keterangannya, Jumat, 21 Oktober 2022.

Pengakuan Pihak Sekolah Soal Sifat Anak 14 Tahun di Lebak Bulus yang Bunuh Ayah dan Neneknya

Ilustrasi/ Aksi protes korban intoleransi beragama di Indonesia beberapa waktu lalu.

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Teddy pun dengan keras menyebut tindakan itu bagian dari perilaku yang anti terhadap perbedaan agama. Dia mengatakan pihaknya belum lama ini mengusulkan agar pemerintah membuka hotline khusus agar orangtua murid bisa melapor jika ditemukan dugaan guru terindikasi paham radikalisme.

Kasus ABG 14 Tahun Bunuh Ayah dan Nenek, Pihak Sekolah Turut Diperiksa Polisi

"Ketika kami mendesak pemerintah membuka hotline khusus agar supaya orang tua murid bisa melaporkan jika ditemukan dugaan guru yang terindikasi paham radikalisme, ada beberapa yang menentang. Padahal, guru-guru model seperti ini sudah banyak ditemukan di berbagai daerah," ujar Teddy.

Menurut dia, jika ada guru yang bersikap dan bertindak intoleransi maka tidak perlu dibina. Namun, kata dia,  ‘dibinasakan’ secara hukum karena mereka bukan anak-anak.

"Mereka adalah orang terdidik yang melakukan kejahatan secara sadar, bukan di luar dari kesadaran mereka," jelas Teddy.

Korban Intoleransi Beragama Gelar Demo

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Pun, dia menyinggung keras karena dengan perilaku guru yang intoleransi maka punya dampak buruk. Ia khawatir banyak siswa yang terkena pengaruh imbas pola pikir guru.

"Kenapa? Bayangkan, berapa banyak anak-anak yang mereka rusak? Anak-anak yang mereka cuci otaknya untuk membenci orang lain atas nama agama?" sebut Teddy.

Lebih lanjut, dia mengatakan masyarakat terutama orangtua menitipkan anaknya ke sekolah agar mendapat pendidikan dari guru. Dia meminta agar penjegalan siswa nonmuslim jadi Ketua OSIS harus jadi perhatian.

"Dan ini hal serius yang harus disikapi secara serius, karena sudah banyak terjadi," tutur Teddy.

Mencuatnya larangan siswa nonmuslim jadi Ketua OSIS terjadi di salah satu sekolah di Jakarta Utara. Kabarnya, ada guru yang diduga melakukan aksi intoleran tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya