Longsor di Kabupaten Semarang Meluas Hingga 16 Hektare, Jalan Ambles 30 Meter
- Pemprov Jateng
VIVA Nasional – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan warga agar selalu waspada terhadap jalan ambles dan tanah longsor di Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Jalan amblas tersebut saat ini sudah ditutup dan warga diminta terus waspada terutama saat musim penghujan.Â
Diketahui, tanah longsor akibat tanah bergerak seluas 16 hektare di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, ini telah menyebabkan jalan ambles dan memutus akses jalan Ungaran - Mranggen Demak sepanjang 150 meter sehingga arus lalu lintas dialihkan ke jalan alternatif.Â
Ganjar yang meninjau lokasi longsor, Kamis kemarin, 20 Oktober 2022, mengingatkan masyarakat agar tidak nekat melintasi jalan amblas yang sudah ditutup. Ia meminta masyarakat bisa mengakses jalan alternatif yang telah disiapkan Pemkab Semarang.Â
"Sudah disiapkan jalur alternatifnya, mudah-mudahan nanti bisa segera dikerjakan, dari pemkab sudah disiapkan dari APBD Perubahan mudah-mudahan tahun ini bisa dikebut, dan sementara enggak usah lewat dulu," kata Ganjar PranowoÂ
Selain itu, Ganjar juga meminta masyarakat sekitar lokasi untuk selalu waspada, karena curah hujan masih tinggi. Ia memastikan Pemprov Jateng dan Pemkab Semarang akan mengantisipasi dan menyiapkan pengungsian jika diperlukan.
Sebelumnya, berbagai upaya termasuk membangun tanggul penahan, telah dilakukan Pemkab Semarang untuk menahan longsor agar tidak semakin meluas akibat pergerakan tanah. Namun, belum genap sebulan tanggul dibuat sudah amblas terbawa pergerakan tanah.
Kepala BPBD Kabupaten Semarang, Maskuri mengatakan pembangunan tanggul penahan ini sudah dilakukan sebanyak 3 kali, sejak longsor besar terjadi pada Februari 2022 lalu. Semula tanah amblas dan longsor terjadi di lahan seluas 5 hektare dengan kedalaman 30 meter, kini meluas hingga 16 hektare.Â
Berdasarkan hasil kajian yang sudah dilakukan, jalan yang menghubungkan Ungaran - Demak ini sudah tidak layak untuk digunakan kembali karena kondisi tanah labil, rawan amblas dan tanah longsor. Disamping itu, luasan pergerakan tanah sudah mendekati pemukiman warga.
Â
Laporan: Aditya Bayu/tvOne Kab Semarang