Soroti Guru SD di Sampang yang Diamankan Densus, Partai Garuda: Mengkhawatirkan!
VIVA Nasional - Seorang pria yang bekerja sebagai guru aparatur sipil negara (ASN) di Sampang, Madura, ditangkap Detaseman Khusus (Densus) 88 Antiteror. Pria berinisial S itu diamankan Densus 88 karena diduga terlibat jaringan terorisme.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Garuda Teddy Gusnaidi menyampaikan keprihatinannya karena guru sebagai orang yang dipercaya dan memiliki banyak murid. Apalagi, ia dapat informasi bahwa di rumah S yang juga guru SD itu ditemukan buku-buku tentang terorisme dan paham radikal.
"Tentu ini sangat mengkhawatirkan, karena guru adalah orang yang dipercaya oleh murid-muridnya, sehingga murid mudah dicekoki dengan ajaran-ajaran radikalisme," kata Teddy, dalam keterangannya, Selasa, 18 Oktober 2022.
Dia menyoroti persoalan ini dengan fenomena anak-anak kecil sekarang yang sudah dicekoki dengan kebencian terhadap perbedaan melalui lembaga pendidikan. Ia bilang pihak orangtua seperti tak berdaya menangani persoalan tersebut.
"Orang tua paling hanya memindahkan anaknya atau terus mewanti-wanti anaknya agar waspada di sekolah. Tidak sehat jadinya," ujar Teddy.
Bagi Teddy, perlu ada cara khusus yang diinisiasi aparat kepolisian, bukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Maka perlu ada hotline khusus, bukan melalui kemendikbud, tapi melalui pihak kepolisian," lanjut Teddy.
Dengan hotline khusus itu maka pihak orangtua murid bisa langsung melapor. Pun, aparat juga bisa langsung bertemu dengan orang tua murid untuk investigasi awal. "Tentu saja data orangtua disembunyikan demi kenyamanan dan keamanan," ujar Teddy.
Lebih lanjut, dia bilang dugaan keterlibatan terorisme sebagai pelanggaran luar biasa yang efeknya besar. Sebab, dia bilang hal itu mengajarkan generasi muda untuk berpikir dan melakukan tindakan radikalisme.
"Pintu masuknya melalui hal yang sakral yaitu agama dan lembaga pendidikan, sehingga sangat mudah diterima anak-anak," jelas Teddy.
Meski demikian, jika ada hotline khusus maka cara melapornya harus dibuat simpel. Hal ini mengingat tak semua orang tua melek teknologi.
"Maka cukup informasikan bahwa ada dugaan ajaran radikalisme, aparat berpakaian biasa menyambangi orang tua, untuk menggali informasi," ujar Teddy.