Ribuan Orang Berebut Tuah Gunungan Maulud Keraton Solo

Grebeg Maulud digelar Keraton Solo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fajar Sodiq (Solo)

VIVA Nasional – Ribuan orang tampak memadati halaman Masjid Agung Solo untuk ikut berebut gunungan dalam kirab Grebeg Maulud yang digelar Keraton Solo, untuk memperingati Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Sabtu, 8 Oktober 2022. Mereka rela berdesakan untuk berebut sepasang gunungan jales atau laki-laki dan estri atau perempuan lantaran dipercaya memiliki tuah.

Kirab gunungan yang diikuti sekitar seribuan abdi dalem keraton itu dimulai dari halaman keraton Kori Kamandungan yang berjalan kaki hingga menuju halaman Masjid Agung Solo yang berjarak sekitar 700 meter. Iring-iringan kirab gunungan itu diawali barisan prajurit keraton, drum band keraton, para abdi dalem dan dua pasang gunungan.

Masyarakat tampak berjejal di sepanjang jalur yang dilalui kirab gunungan Grebeg Maulud. Bahkan saat memasuki halaman masjid, ribuan orang tampak berdesakan untuk bersiap berebut gunungan. Hanya saja sebelum diperebutkan warga, gunungan Grebeg Maulud yang merupakan puncak perayaan sekaten itu didoakan terlebih dahulu di masjid.

Grebeg Maulud digelar Keraton Solo.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Fajar Sodiq (Solo)

Dari dua pasang gunungan jaler dan estri itu, sepasang gunungan akan dipapah kembali menuju keraton untuk diperebutkan para abdi dalem. Sedangkan sepasang gungan esti dan jaler lainnya tidak dibawa pulang ke keraton tetapi untuk diperebutkan warga di halaman Masjid Agung

Usai tafsir anom keraton selesai membacakan doa, sepasang gunungan langsung diserbu warga. Mereka saling berebut dan saling berdesakan untuk bisa mendapatkan bagian dari gunungan tersebut. Sebagian orang mempercayai bahwa gunungan tersebut memiliki tuah

Salah satu warga, Sukiman mengaku berhasil mendapatkan tusuk bambu saat berebut gunungan. Tusuk bambu itu berfungsi untuk memasang rengginan dalam gunungan estri. “Saya sangat bersyukur sekali tadi ikut berebut gunungan dan mendapatkan ini,” kata dia sambil menunjukkan potongan bambu yang diraihnya saat berebut gunungan Grebeg Maulud.

Keraton Solo.

Photo :
  • VIVA/Fajar Sodiq

Menurut dia, gunungan tersebut dipercaya memiliki tuah. Ia pun akan memotong bambu tersebut menjadi beberapa bagian untuk dijadikan patok di lahan sawah miliknya di Wonogiri. “Saya percaya itu karena ini dari keraton nanti kalau dipasang di sawah itu tikusnya nggak akan masuk ke sawah,” ujarnya.

Tafsir Anom Keraton Solo, KRT Muhtarom mengaku bersyukur pasalnya Grebeg Maulud yang merupakan puncak acara sekaten kembali digelar setelah dua tahun vakum lantaran pandemi COVID-19. Antusias warga untuk menghadiri kirab gunungan juga cukup luar biasa karena ribuan orang telah berkumpul sejak pagi untuk mengikuti ritual tersebut.

“Alhamdulillah sekaten tahun ini bisa terlaksana karena grebeg dua tahun sebelumnya mengalami libur karena pandemi. Tadi bisa dipirsani (dilihat) pengunjung sangat luar biasa karena masyarakat memang rindu,” kata dia.

Menurut dia, sepasang gunungan dalam Grebeg Maulud terdiri dari gunungan jaler dan estri. Gunungan jaler melambangkan seorang laki-laki sehingga ornamen yang menghiasi gunungan tersebut terbuat dari buah-buahan mentah dan hasil bumi.

“Artinya apa, sebagai seorang suami jika ingin kaya maka harus mengupayakan mencari kebutuhan kerja, bahan-bahan mentah seperti bekerja,” ujarnya.

Sedangkan untuk gunungan estri, ia menjelaskan bahwa wujud gunungan tersebut merupakan makan siap saji. Sebagai seorang wanita harus mampu mengatur hasil dari suami untuk kebutuhan dan dikonsumi keluarganya.

“Sesuatu walaupun yang kecil dari seorang suami jika berhasil di-manage seorang istri maka akan cukup. Makanya seorang istri itu ahli manajemen,” ujarnya.

Wasiat Terakhir KH Asmuni sebelum Meninggal Dunia di Tengah Ceramah

Mengenai gunungan Grebeg Maulud, menurut Muhtarom, sebanyak dua pasang gunungan tersebut merupakan sedekah Raja Keraton Solo, Paku Buwono XIII kepada masyarakat. 

Selain itu kegiatan kirab gunungan juga bagian dari memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. “Jadi konsepnya grebeg itu kan menunjukkan sebuah kesyukuran bahwa tanggal 12 ini merupakan tanggal kelahiran nabi. Maka raja dan Keraton Kasunan Surakarta merasa bersyukur untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Wujud syukurnya dengan membawa makan-makanan,” ujarnya.

Detik-detik KH Asmuni Meninggal Dunia di Tengah Ceramah
Para pelajar membentangkan bendera merah putih pada Hari Sumpah Pemuda

Peringati Hari Sumpah Pemuda, Keraton Surakarta Bentangkan Bendera Merah Putih 1.000 Meter

Memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-96, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat melaksanakan momen istimewa dengan membentangkan bendera merah putih sepanjang 1.000 meter

img_title
VIVA.co.id
28 Oktober 2024