Kesaksian Tim Persebaya Lewati Suasana Mencekam Tragedi Kanjuruhan
- VIVA/Nur Faishal
VIVA Nasional – Tim Persebaya Surabaya ikut merasakan suasana mencekam Tragedi Kanjuruhan saat pertandingan selesai dan dikawal keluar dari Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022.
Dibawa dengan kendaraan taktis (rantis) barakuda, tim Bajul Ijo akhirnya bisa keluar dari dalam stadion dan sampai di Surabaya menjelang Subuh, Minggu, 2 Oktober 2022.
"Suasananya sangat mencekam," kata Asisten Pelatih Persebaya Surabaya Mustaqim seusai mengikuti salat gaib untuk korban Tragedi Kanjuruhan di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 3 Oktober 2022.
Mustaqim menceritakan, suasana mulai mencekam beberapa saat setelah pertandingan antara Persebaya Surabaya melawan Arema FC selesai dengan skor 3-2 untuk Persebaya. Saat itu, semua tim Bajul Ijo baru sampai ruang ganti dan bermaksud membersihkan badan.
Namun, niat bersih-bersih diri itu urung karena dipaksa petugas pengamanan agar bergegas keluar dari dalam stadion. "Ketika kita habis pertandingan, biasanya kita kan, mandi-mandi dulu, saat itu kita sama bagian pengawalan langsung suruh ganti baju dan masuk barakuda, rantis," cerita Mustaqim.
Semua tim Persebaya Surabaya pun buru-buru masuk ke dalam barakuda. Suasana semakin terasa mencekam ketika rombongan barakuda berusaha keluar dari dalam stadion.
"Suasana sangat mencekam. Terus terang saya tahu betul karena saya menumpangi rantis paling depan. Kita enggak bisa keluar. Jalan satu-satunya itu ada pagar dan mobil patwal di depan sudah terbakar," ujar Mustaqim.
Selama berada di dalam barakuda, Mustaqim terus mendengar update informasi tentang jumlah korban tragedi tersebut dari HT yang dibawa oleh petugas keamanan yang mengawal tim Persebaya.
"Kita waktu di stadion sudah dengar ada dua orang meninggal, 5-10 menit kemudian 40 orang [meninggal]," ucapnya.
Tentu saja Mustaqim merinding dan sedih mendengar informasi banyaknya korban itu. Bahkan, kata dia, pemain asing Persebaya menyampaikan kalimat ‘crazy war’ begitu mendengar informasi banyaknya korban. "Kami baru sampai di Surabaya jam setengah tiga dini hari," terang Mustaqim.
Mustaqim mengaku bahwa semua tim Persebaya ikut merasa sedih dan berduka dengan kejadian yang memakan banyak korban jiwa tersebut. Karena itu ia dan beberapa pemain Persebaya yang beragama Islam ikut melakukan salat gaib di Masjid Al Akbar Surabaya.
"Satu nyawa saja tidak sebanding dengan kemenangan, apalagi ini sampai lebih dari seratus orang [meninggal dunia]," katanya.
Tragedi Kanjuruhan bermula ketika Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor 3-2 dalam laga derby Jatim di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022.
Beberapa saat setelah pertandingan berakhir, sebagian suporter Arema FC turun dari tribun dan masuk ke lapangan, meluapkan kekecewaan dengan mengejar pemain dan tim Persebaya maupun Arema FC.
Polisi yang berjaga berupaya menghalau dan mengadang massa suporter namun kewalahan. Hingga akhirnya aparat menembakkan gas air mata ke tengah-tengah massa agar pergerakan suporter terpecah dan bubar.
Akibatnya, massa kabur dan menumpuk di beberapa titik. Karena menumpuk, banyak yang pingsan dan lemas, lalu terjatuh hingga terinjak-injak. Korban pun berjatuhan. Hingga Minggu malam, tercatat 125 orang meninggal dunia.