Kohati PB HMI Berharap Kasus TNI-Effendi Simbolon Tak Terjadi Lagi
VIVA Nasional - Sekretaris Umum Kohati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Imayati Kalean, berharap TNI semakin solid dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara. Begitu juga soal saling memaafkannya antara Panglima TNI, KSAD dan Effendi Simbolon, Imayati mengatakan hal itu sudah tepat.
Tidak Terjadi Lagi
“Sudah tepat apa yang sudah dilakukan itu. Tapi, sebagai pondasi keamanan negara tidak terjadi lagi konflik-konflik seperti itu dan mencuat ke publik karena kalau sudah mencuat ke publik ini bahaya. Itu bisa dinilai satu kelemahan,” kata Imayati saat dihubungi wartawan, Selasa, 20 September 2022.
Dia pun meminta semua pihak, termasuk analis militer Connie Rahakundini Bakrie berhenti menyampaikan pendapat yang terkesan menyudutkan dan memprovokasi TNI. Sebab, masalah Effendi Simbolon, Panglima TNI dan KSAD sudah selesai karena mereka sudah saling memaafkan.
“Kalau mengarah pada provokasi itu menurut saya sudah bukan akademisi lagi," katanya.
Baca juga: Soal Kasus Effendi Simbolon, Reaksi Prajurit TNI Dinilai Wajar
Pendapat yang Objektif
Ia menuturkan seorang akademisi seharusnya menyampaikan pendapat yang memang betul-betul objektif, apa yang dia lihat sebagai akademisi. Tapi kalau mengarah pada provokasi dan berlebihan menurutnya sudah ada tendensi politik tertentu.
"Sudah ada kepentingan-kepentingan tertentu yang bisa jadi tidak sejalan dengan apa yang hari ini terjadi bahwa kedua belah pihak sudah berdamai,” kata Imayati.
Tak Provokatif
Menurut Imayati, seorang pengamat dan akademisi seperti Connie tidak boleh menyampaikan pendapat provokatif dan menyudutkan pihak-pihak tertentu. Apalagi menyampaikan pendapat Jenderal Dudung ingin mendirikan sekolah untuk putranya.
“Itu sudah provokatif banget bahkan itu sudah tujuannya memecah belah. Sudah tidak sehat lagi, sudah tidak objektif lagi. Dan sudah tidak citra akademisi, sudah tercederai kalau sampai pendapat beliau itu provokatif. Semestinya itu dihentikan,” katanya.
Dia berharap Connie Bakrie melihat persoalan lebih objektif karena dia dikenal sebagai akademisi dan pengamat keamanan. Jangan sampai keilmuan dia tercederai hanya karena ada kepentingan tertentu.
“Beliau harus lebih betul-betul memposisikan diri sebagai akademisi dan pengamat keamanan. Artinya harus lebih bijak apa yang beliau sampaikan harus betul-betul untuk kenyamanan berbangsa dan bernegara," katanya.
Imyati menambahkan jangan sampai argumen itu menciptakan perpecahan, bukan hanya secara kelompok, tapi juga di masyarakat.