Tongkat Pramuka Jadi Barang Bukti Kasus Tewasnya Santri Gontor

Polisi menunjukkan barang bukti tongkat Pramuka di kasus santri Gontor meninggal
Sumber :
  • VIVA/ Nur Faishal.

VIVA Nasional - Penyidik Kepolisian Resor Ponorogo telah mengumpulkan sejumlah barang bukti di kasus dugaan penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya AM (17 tahun), santri Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor (Pesantren Gontor), Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Barang bukti tersebut diperoleh di kompleks Pesantren Gontor.

Kemenekraf Latih Santri Jadi Konten Kreator Dakwah Kreatif

5 Barang Bukti Disita

Kepala Polres Ponorogo Ajun Komisaris Besar Polisi Catur Cahyono Wibowo mengatakan sedikitnya lima barang bukti yang telah disita penyidik dari tempat kejadian perkara. Yaitu pentungan atau tongkat Pramuka yang patah jadi dua, air mineral, minyak kayu putih, dan becak.

Santri IT asal Bogor Ajarkan Membuat Game kepada Pelajar di Mesir

Rekaman Video

Barang bukti terbaru yang diperoleh penyidik ialah rekaman video kamera pemantau atau CCTV, sehingga gambaran dugaan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia lebih jelas lagi. Sayang, Catur tak menjelaskan rinci di titik mana CCTV itu terpasang.

Polri Rekrut 265 Anggota Berlatar Belakang Santri pada 2021-2024

“Yang pasti ada kaitannya dengan kejadian tersebut,” katanya.

Makam AM santri Gontor yang meninggal akibat penganiayaan

Photo :
  • VIVA/Sadam Maulana

Kasus Terungkap dari Unggahan Hotman Paris

Kasus ini bermula dari kehebohan postingan akun Instagram Hotman Paris yang menerima pengaduan dari perempuan bernama Soimah tentang anaknya, AM (17 tahun), yang meninggal dunia diduga karena dianiaya di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo. Dalam video berdurasi 3 menit 22 detik yang diunggah Hotman Paris itu, terlihat Soimah menangis sambil menceritakan kematian anaknya.

Dia mengatakan anaknya dipulangkan pihak pesantren dan sudah dimakamkan pada 22 Agustus 2022 lalu. Warga Palembang itu mengadu ke Hotman karena menilai ada kejanggalan pada kematian anaknya. Anggota keluarga korban yang lain menceritakan, darah keluar dari jasad anaknya. Kendati kain kafan sudah diganti berkali-kali, darah itu tetap mengucur.

Kepolisian Resor Ponorogo akhirnya turun tangan dan sudah melakukan olah TKP, prarekonstruksi, pemeriksaan 11 saks, dan mengumpulkan sejumlah barang bukti. Kepala Polres Ponorogo Ajun Komisaris Besar Polisi Catur Cahyono Wibowo mengatakan, pihaknya sudah mengantongi terduga penganiaya yang jumlahnya lebih dari satu orang.

“Kami masih terus mendalami,” katanya.

MenEkraf/KaBekraf Teuku Riefky Harsya bersama santri.

Jalankan Misi Prabowo, Menteri Riefky Minta Santri Sebarkan Info Bahaya Judol Lewat Konten Digital

Menekraf/KaBekraf Teuku Riefky Harsya menilai santri bisa dilibatkan dalam ekonomi kreatif khususnya kreator konten positif.

img_title
VIVA.co.id
18 November 2024