Pesantren Gontor Tutupi Santri Tewas karena Punya Mekanisme Sendiri

Juru bicara Ponpes Gontor Ustaz Noor Syahid
Sumber :
  • Gontor TV

VIVA Nasional - Pondok Pesantren Darussalam Gontor (Pesantren Gontor), Kabupaten Ponorogo, mengaku sempat tidak melaporkan peristiwa dugaan penganiayaan yang dialami santrinya, AM (17 tahun), oleh sesama santri hingga korban meninggal dunia ke kepolisian. Alasannya, Pesantren Gontor memiliki mekanisme sendiri untuk menangani masalah seperti itu.

Kasus Penganiayaan Terhadap Murid, Guru Honorer Supriyani Divonis Bebas

Sanggup Tidak Lapor Polisi

Juru Bicara Pesantren Gontor Noor Syahid mengatakan mekanisme dalam hal menangani masalah seperti itu juga atas sepengetahuan wali santri.

Pria di Pulogadung Sadar dan Tanpa Pengaruh Alkohol Aniaya Pengendara Mobil hingga Tewas

Bukan Tidak Percaya Polisi

Namun demikian, Noor menegaskan bahwa mekanisme seperti itu diberlakukan bukan berarti Pesantren Gontor tidak percaya dengan penanganan yang dilakukan oleh kepolisian. Itu hanya sebagai bukti bahwa wali santri sepenuhnya menyerahkan anaknya untuk dididik oleh Pesantren Gontor.

Kecelakaan Lalu Lintas Berujung Pembunuhan di Pulogadung: Pengemudi Tewas Dianiaya Setelah Tabrakan Mobil

“Tetapi niatkan menyantrikan anak lillaah [karena Allah]," ujarnya.

Kuasa hukum keluarga AM yang tewas di Ponpes Gontor, Titis Rachmawati

Photo :
  • VIVA/Sadam Maulana

Percayakan pada Polisi

Kini, tegas Noor, Pesantren Gontor menyerahkan sepenuhnya penangana kasus meninggalnya AM ke pihak kepolisian. Pesantren juga akan kooperatif membuka apa pun yang diinginkan penyelidik atau penyidik dalam mengusut kasus tersebut. Pesantren sendiri juga telah menindak tegas para terduga penganiaya dengan menjatuhkan sanksi pengusiran.

Kasus ini bermula dari kehebohan postingan akun Instagram Hotman Paris yang menerima pengaduan dari perempuan bernama Soimah tentang anaknya, AM (17 tahun), yang meninggal dunia diduga karena dianiaya di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo. Dalam video berdurasi 3 menit 22 detik yang diunggah Hotman Paris itu, terlihat Soimah menangis sambil menceritakan kematian anaknya.

Mengadu ke Hotman Paris

Dia mengatakan anaknya dipulangkan pesantren dan sudah dimakamkan pada 22 Agustus 2022 lalu. Warga Palembang itu mengadu ke Hotman karena menilai ada kejanggalan pada kematian anaknya. Anggota keluarga korban yang lain menceritakan, darah keluar dari jasad anaknya. Kendati kain kafan sudah diganti berkali-kali, darah itu tetap mengucur.

Kepolisian Resor Ponorogo akhirnya turun tangan dan sudah melakukan olah TKP, prarekonstruksi, pemeriksaan 11 saks, dan mengumpulkan sejumlah barang bukti. Kepala Polres Ponorogo Ajun Komisaris Besar Polisi Catur Cahyono Wibowo mengatakan, pihaknya sudah mengantongi terduga penganiaya yang jumlahnya lebih dari satu orang.

“Kami masih terus mendalami,” katanya.

Ilustrasi perundungan

Sempat Dirawat, Bocah Kelas 3 SD di Subang Meninggal Usai Jadi Korban Perundangan Kakak Kelas

Seorang bocah berusia 9 tahun, ARO, yang masih duduk di bangku kelas 3 SD di Subang, Jawa Barat, sempat dirawat selama 6 hari.

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024