Seorang Kontraktor Ungkap Diminta Fee 5% Proyek APBD Manggarai

Bupati Manggarai Hery Nabit.
Sumber :
  • Dok. Pribadi

VIVA Nasional – Praktik jual beli proyek APBD di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur telah menjadi rahasia umum. Isu ini menyeruak jauh sebelum proses lelang proyek-proyek APBD Manggarai tahun 2022.

Dukung Proyek PIK 2, JMBB: Ciptakan Lapangan Kerja Baru, Tingkatkan Infrastruktur Lokal

Di saat sejumlah pihak dalam lingkaran kekuasaan menepis kasus tersebut, tiba-tiba seorang kontraktor bernama Adrianus membuat pernyataan yang mengejutkan. Tanpa canggung dia menyebut setoran ditarik oleh Meldianty Hagur Nabit yang merupakan istri dari Bupati Manggarai Herybertus Nabit.

Pria asal Kecamatan Lelak ini membeberkan, fee proyek ditarik dari kontraktor dilakukan sebelum jadwal tender dilepas ke publik. Dia mengaku membayar fee ke Meldi pada awal Juni 2022 dengan kesepakatan sebesar 5 persen.

Jantje-Syarif Janji Keluarganya Tak Akan Cawe-cawe Proyek Daerah di Ambon

Meldiyanti Hagur Nabit, istri Bupati Hery Nabit.

Photo :
  • Jo Kenaru/ Manggarai-NTT
 
Menteri Dody Beberkan Perhitungan PPN 12 Persen Bikin Ongkos Garap Infrastruktur Meroket

Adrianus mengaku sebagai timses pasangan Herybertus Nabit dan Heribertus Ngabut pada Pilkada Manggarai Tahun 2020. Meskipun dirinya adalah bagian dari tim pemenangan Bupati dan Wakil Bupati Ngabut terpilih namun proyek yang bakal ia kerjakan bukan gratisan.

Dia secara gamblang menuturkan alur suap yang bermuara ke Meldianty. Kesepakatan besaran fee dilakukan di dalam rumah jabatan bupati.

Empat proyek total fee Rp1,4 miliar

Dia menceritakan, dipanggil ke rumah jabatan Bupati Manggarai pada Sabtu 28 Mei 2022 lalu. Ia dipanggil Meldi melalui orang dekatnya Rio Senta yang juga sebagai Tenaga Harian Lepas (THL) di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Manggarai.

"Duduklah kami bertiga, ibu bupati (Meldi), saya, dan Rio. Kesepakatan waktu itu 5 persen untuk empat paket proyek. Sepakatlah saya ambil empat proyek dengan total Rp1,4 miliar," kata Adrianus kepada VIVA, Jumat 2 September 2022.

Ilustrasi korupsi

Photo :
  • vstory

Keempat proyek tersebut terdiri atas 2 paket proyek pengaspalan jalan, 1 paket proyek rabat beton, dan 1 paket proyek pembangunan gedung sekolah yang semmuanya berlokasi di Kecamatan Lelak.

Karena sebagai mantan tim sukses, dia ditarik fee untuk paket pengaspalan dengan pagu Rp1 miliar yakni Rp50 juta. Sedangkan lebihnya senilai Rp485 juta tidak dikenakan potongan fee tetapi menjadi balas jasa kerja tim sukses Pilkada.

“Saya dijanjikan mendapat 2 paket proyek pengaspalan jalan, 1 paket proyek rabat beton, dan 1 paket proyek pembangunan gedung sekolah. Dari nilai Rp1,485 miliar itu, yang dipungut fee 5% adalah nilai pagu anggaran Rp1 miliar yakni Rp50 juta,” urai Adrianus.

Fee diminta 7 persen

Adapun uang fee yang disepakati, tutur dia, diserahkan pada 14 Juni 2022 bertempat di Toko Monas, tempat usaha terima hasil bumi milik Meldi di Kelurahan Bangka Tuke. Uang tersebut tidak diserahkan langsung ke Meldi tapi melalui karyawan yang ditunjuk Meldi.

Uniknya, setelah uang diterima karyawan Meldi di Toko Monas, Rio Senta kemudian menyuruh Adrianus untuk mengirimkan WhatsApp pemberitahuan ke Meldi dengan sandi khusus, tanpa menyebut uang tapi diganti dengan kemiri.

"Kemudian Rio suruh saya WA pakai kode. 'Selamat sore ibu, saya sudah turunkan kemiri 50 kg.' Kemiri itu maksudnya uang. WA saya dibaca tapi seperti biasa, ibu tidak balas," bebernya.

Berdasarkan arahan Rio Senta, Adrianus mendiskusikan proyek yang dijanjikan di rumah seorang pengusaha bernama Tomi Ngocung. Di rumah Tomi, ia bertemu Wili Kengkeng, mantan ketua tim pemenangan Herybertus GL Nabit dan Heribertus Ngabut pada Pilkada 2020 lalu.

"Di situ mereka minta fee bertambah menjadi 7%. Saya keberatan karena sudah bayar langsung di ibu (Meldi)," tuturnya.

Belakangan, Adrianus mendapat kabar dari Senta bahwa proyek yang dijanjikan tidak jadi tapi Rio bilang ia mendapat petunjuk dari Meldi akan mengembalikan uang milik Adrianus.

“Uang ditranfer ke rekening saya tanggal 13 Agustus 2022,” ujarnya.

Ilustrasi aspal campuran

Photo :
  • Dokumentasi Kementerian PUPR.

Adrianus mengaku tidak gentar sedikitpun dengan pihak-pihak yang ia sebutkan dalam pemberitaan sebab dirinya masih menyimpan semua bukti percakapan dan bukti transferan.

“Apa yang saya lakukan ini karena kecewa. Saya ini kerja 4 bulan memenangkan Hery Nabit di Kecamatan Lelak tapi saya kok ditarik fee lagi. Sudah begitu proyek yang dijanjikan tidak saya dapatkan,” aku Adrianus.

Meldy Hagur dan Rio Senta hingga kini belum memberi keterangan pers. Meskipun permintaan konfimasi berita telah disampaikan melalui WhatsApp tapi keduanya kompak tidak merespons.

Seorang sumber di Ruteng membenarkan isu fee proyek selama kepemimpinan Bupati Hery Nabit. Sumber yang juga adalah seorang kontraktor itu juga mengalami seperti Adrianus.

“Untuk kami yang pendukung H2N (Hery Nabi-Heri Ngabut) setor uang sudah biasa. Kalau tidak di Wili Kengkeng kasih ke ibu (Meldi). Kalau isu 5-7 persen itu bukan bohong. Coba pak tanya juga kontraktor yang lain,” sebut sumber itu sambil meminta identitasnya dirahasiakan.

Laporan: Jo Kenaru/ Manggarai-NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya