Ketika Fokus, Konsisten dan komitmen Membawa Berkah

Ilustrasi berbelanja di toko kelontongan.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Nasional – Fokus, konsisten, dan komitmen. Inilah tiga prinsip yang menjadi pegangan Neneng dalam menjalankan bisnis toko kelontongnya di Cilegon, Banten. Neneng merupakan pemilik Toko SRC Kurnia. 

Curahan Hati Raissa Ramadhani, Makanan dan Fokus dalam Proses Penciptaan Lagu

Ia tergabung dalam komunitas toko kelontong terbesar di Indonesia, Sampoerna Retail Community (SRC), yang merupakan program pembinaan UMKM oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna). Perjalanan panjang dilalui Neneng hingga akhirnya memilih untuk fokus pada bisnis yang ditekuninya saat ini. 

“Mungkin orang-orang berpikir, mudah gitu ya bisnis toko kelontong. Tinggal buka toko, jualan. Padahal, kenyataannya enggak begitu. Butuh komitmen agar bisnis ini langgeng dan bertahan,” ujar Neneng.

Bea Cukai Blitar Tegas! Musnahkan Barang Kena Cukai Ilegal Senilai Ratusan Juta Rupiah

Neneng mengisahkan, sebelum memutuskan membantu orangtuanya mengurus toko kelontong medio 2007-2008, ia bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Saat itu, Neneng merasa, menjalankan bisnis toko kelontong ternyata tak semudah yang dibayangkannya. 

Ia hanya bertahan dua tahun, dan akhirnya memutuskan kembali bekerja. Setelah dua tahun berjalan, sekitar tahun 2010, Neneng kembali berhenti bekerja dan fokus kembali mengurus bisnis toko kelontongnya.  

Di Forum IPU New York, Putu DPR Ingatkan Dana Perubahan Iklim 100 Miliar Dolar AS Harus Ditepati

“Buka toko itu tidak semudah yang dibayangkan. Mungkin awalnya kita mikir, tinggal belanja, kemudian dijual. Ternyata tidak, butuh ilmu dan berkomunitas. Ya gabung dengan komunitas yang sama dengan usaha kita,” kata Neneng.

Anggota komunitas SRC, Neneng

Photo :
  • Istimewa

Setelah menyadari pentingnya berkomunitas, Neneng memutuskan bergabung dengan SRC pada 2018. Di SRC, kata dia, sesama anggota saling menguatkan saat jatuh karena pasang surut usaha. Selain itu, saling berbagi inspirasi.

“Di SRC, kami sering kali saling berkunjung, silaturahim bisnis, melihat yang sudah lebih berkembang dan berhasil. Ibaratnya, saling belajar bagaimana mengembangkan toko. Kita berdagang itu harus punya contoh, dan itu bisa didapat dari belajar bersama di komunitas,” paparnya.

Neneng mengungkapkan, awalnya dia memang tak terpikir bergabung di sebuah komunitas usaha karena saat itu belum terlalu fokus dengan bisnisnya. Kemudian, ada ajakan bergabung dengan SRC. 

Neneng menerima ajakan tersebut, dan tak punya bayangan apa manfaat yang akan didapatkan bagi tokonya. Setelah setahun bergabung, ia menghadiri sebuah undangan gathering, dan merasakan kegembiraan bertemu dengan pelaku-pelaku bisnis toko kelontong.

“Di situlah titik tolak saya jatuh cinta kepada SRC. Saya langsung merasa nyaman bertemu dengan teman-teman sesama usaha,” ujar dia.

Selain itu, lanjut Neneng, awalnya ia tertarik dengan berbagai reward yang ditawarkan bagi toko yang menunjukkan perkembangan positif. Tanpa disadari, reward-reward yang dijanjikan itu justru memacu dirinya untuk membuat tokonya menjadi lebih baik.  

“Jadi, dulu itu saya memang hanya mengejar reward, dijanjikan poin kalau mau ikut pesta wirausaha nasional, tokonya harus lebih terang supaya dapat poin. Terus, harus bikin ini, itu. Kemudian, saya sadar, sebenarnya ini adalah cara untuk menggiring anggota SRC agar lebih semangat untuk maju. Manfaatnya ya ke toko dan pemasukan kita juga, karena tokonya jadi lebih baik perkembangannya,” ungkap Neneng.

Berbagai perubahan dilakukan Neneng terhadap Toko SRC Kurnia. Dari awalnya etalase tradisional, kini menerapkan konsep terbuka dengan rak-rak dengan penataan yang rapi. Hal ini membuat pelanggan memiliki kesempatan untuk memilih berbagai kebutuhannya. Neneng mengatakan, dengan penataan rak terbuka, justru membuat konsumen yang awalnya hanya ingin membeli satu atau dua barang, menjadi berbelanja lebih banyak. 

“Berubahnya drastis. Omzet terdongkrak dan sangat signifikan,” kata Neneng. 

Diversifikasi di Toko Kelontong

Kini, selain toko kelontong yang menjual berbagai kebutuhan, Neneng juga melakukan diversifikasi usaha dengan melihat peluang lokasinya yang berada di jalur strategis. Lokasi Toko SRC Kurnia dekat dengan berbagai perusahaan besar dan sejumlah sekolah. Akhirnya, ia memutuskan menjual berbagai kebutuhan alat tulis kantor dan jasa fotokopi. Ternyata, cukup menjanjikan.

Tak berhenti di situ, Neneng juga membuka kesempatan bagi masyarakat di sekitarnya untuk menitipkan berbagai olahan penganan dan cemilan. Ia menyebutkan, di sekitar tokonya, banyak perajin makanan yang membuat berbagai jenis makanan seperti keripik pisang, keripik tempe, dan lain-lain. Ia pun membuat “Pojok Lokal” yang juga termasuk inisiatif pembinaan bagi toko kelontong anggota SRC untuk menampung dan memasarkan berbagai produk UMKM lainnya. 

“Saya garap serius Pojok Lokal ini. Dari awalnya hanya jual beberapa jenis makanan, sekarang terus berkembang. Karena tetangga-tetangga ini juga melihat produknya cepat laris, mereka malah berpikir untuk membuat berbagai variasi. Misalnya keripik pisang, tidak hanya yang original, tapi berbagai rasa. Jadi sekarang makin variatif,” kata Neneng. 

Menurut Neneng, diversifikasi yang dilakukannya ini juga bagian dari penerapan ilmu yang didapatkannya dari SRC. Pengembangan perlu dilakukan agar menjadi bisnis berkelanjutan dan berdampak. Dengan dibukanya Pojok Lokal, tetangga-tetangga Neneng juga mendapatkan tempat untuk memasarkan produknya dan membuka lahan rezeki bagi mereka.

Meski sempat terdampak pandemi, bisnis toko kelontong Neneng kini mulai menuju normal karena telah aktifnya aktivitas perkantoran dan sekolah. Perkembangan bisnis hingga saat ini menyadarkan Neneng bahwa dengan fokus, menjaga konsistensi dan komitmen, membuat usahanya semakin maju dan bertahan.

Kemudahan Mendapatkan NIB

Beberapa waktu lalu, Neneng dan para anggota SRC di Jakarta dan sekitarnya, mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) secara simbolis yang dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Neneng bersyukur mendapatkan kesempatan ini, karena difasilitasi oleh SRC. Para anggota SRC dibekali pengetahuan tentang cara mendapatkan SRC.

“Saat itu, Sampoerna mengajak buat NIB, ada pertemuan di Jakarta. Kemudian dijelaskan bagaimana cara membuatnya, dipandu pembuatannya. Kami saling bantu satu sama lain, ternyata mudah. Lima sampai 10 menit langsung keluar NIB-nya,” kata Neneng.

Pemerintah memang mempermudah pelaku UMKM untuk mendapatkan NIB melalui one single submission (OSS). 

NIB bisa digunakan untuk mempermudah akses pinjaman dari bank. Selain itu, para anggota SRC di wilayahnya ingin mengetahui cara membuat Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dengan memanfaatkan NIB yang telah dimiliki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya