Emil Dardak Harap Kemiskinan Ekstrem di Jatim Nol Persen pada 2024

Wagub Jatim Emil Elistianto Dardak menghadiri peluncuran aplikasi Sinta Gelis.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Nur Faishal (Surabaya)

VIVA – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak berharap kemiskinan ekstrem di Jawa Timur bisa ditekan menjadi nol persen pada 2024 mendatang. Harapan itu menguat dengan hadirnya Sistem Informasi Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (Sinta Gelis) yang mengsinkronisasikan data penerima manfaat program penanggulangan kemiskinan dengan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).

Sosialisasi Perda, Alia Laksono: Pemahaman Menyeluruh Masyarakat Sangat Diperlukan

Hal itu disampaikan Emil Dardak saat menghadiri peluncuran Sinta Gelis di Hotel Platinum Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 31 Juli 2022 malam. 

“Atas arahan Ibu Gubernur Khofifah, kita terus diminta untuk berinovasi dalam membangun basis data yang kuat. Bukan sekadar basis data, Sinta Gelis ini adalah keterpaduan lintas sektor,” katanya dalam keterangan tertulis diterima Senin, 1 Agustus 2022.

Dapat Hibah 5 Juta Blangko dari Kemendagri, Pemprov Jakarta Jamin Cetak KTP Kini Hanya 15 Menit

Wagub Jatim Emil Elistianto Dardak menghadiri peluncuran aplikasi Sinta Gelis.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Nur Faishal (Surabaya)

Inovasi itu sesuai dengan target pemerintah pusat dalam menurunkan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. Dalam Inpres tersebut, ditargetkan seluruh wilayah Indonesia bisa nol persen kemiskinan ekstrem pada tahun 2024 mendatang.

Penduduk Indonesia Tahun 2024 Berjumlah 282 Juta, Paling Banyak Laki-laki

Aplikasi Sinta Gelis memuat data by name by address berdasarkan data DTKS maupun penerima sasaran program penanggulangan kemiskinan Provinsi Jawa Timur. “Kita berharap bahwa setiap dinas nantinya bisa terinventarisir programnya. Jangan sampai berbeda jalan, sehingga akibatnya tidak terkonsentrasikan kepada sasaran yang akan dituju,” ujar Emil.

Data lintas sektor perlu disinkronisasi karena masalah utama pengentasan kemiskinan ialah soal data. Dalam satu kasus, lanjut Emil, ditemukan perihal angka kemiskinan tinggi namun pengangguran terpantau rendah. 

“Itu menandakan bahwa sekian banyak kemiskinan bukan karena tidak bekerja, tetapi bekerja di tempat yang tidak menghasilkan. Hal semacam ini, patut menjadi PR Bersama karena bukan sekedar menyalurkan bansos,” ujarnya.

Sebagai pelengkap Sinta Gelis, diluncurkan pula program Desa Binaan: Dharma Bhakti Nagari, yang rencananya akan dimulai di tujuh kabupaten di Jatim dengan sasaran 14 desa. Dharma Bhakti Nagari adalah intervensi ekstra yang berbentuk sistem yang didesain khusus untuk mendukung percepatan penurunan angka kemiskinan yang holistic, integratif dan lebih fokus pada sasaran desa tertentu yang sudah ditetapkan.

“Desa Binaan ini merupakan pemanfaatan Sinta Gelis. Sejalan dengan pemerintah pusat, kita harus bisa bergerak di tengah pembenahan yang lebih terstruktur, harus ada gerakan yang lebih terarah,” kata suami dari Arumi Bachsin itu.

Sekretaris Eksekutif TNP2K Suprayoga Hadi menyatakan bahwa kunci untuk memenuhi target pengentasan kemiskinan ialah konvergensi. Pemerintah pusat telah menyediakan dana yang cukup besar untuk penanggulangan kemiskinan. Maka, yang menjadi pekerjaan rumah adalah memperbaiki data sasaran. “Melalui Sinta Gelis ini diharapkan bisa mengurangi exclusion error dengan sementara menggunakan data keluarga dari BKKBN,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya