Momen Ganjar dan Gibran Nyeker Ikuti Kirab 1 Suro di Mangkunegaran
- Fajar Sodiq/VIVA.
VIVA Nasional – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengikuti kirab malam 1  Suro EHE 1956 di Puro Mangkunegaran, Solo, pada Jumat malam, 29 Juli 2022.
Puro Mangkunegaran menggelar kirab pusaka malam 1 Suro setelah dua tahun vakum karena pandemi COVID-19. Ribuan warga pun tumpah ruah di sepanjang jalan yang dilewati kirab pusaka.
Selain ratusan abdi dalem, kirab tersebut juga diikuti sejumlah tokoh, di antaranya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mantan Panglima TNI Â Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan anggota DPR RI Aria Bima.
Kirab tersebut diawali dengan keluarnya pusaka dari tempat penyimpanan di dalam Puro Mangkunegaran. Terdapat tiga pusaka berupa tombak dan satu buah Joli yang dikirab pada malam 1 Suro.
Kirab pusaka diawali dengan prosesi permohonan izin kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegoro X untuk melaksanakan  kirab. Kirab  pusaka itu dipimpin oleh KRMH Roy Rahajasa Yamin yang bertindak sebagai cucuk lampah dan diikuti oleh keluarga, kerabat, dan abdi dalem Mangkunegaran, tamu undangan, serta masyarakat umum.
Setelah itu pusaka tombak yang dipanggul abdi dalem langsung keluar dari gerbang utama untuk dikirab mengelilingi tembok istana. Selama menjalani kirab para peserta tidak diperbolehkan memakai alas kaki dan berbicara atau laku bisu.
Gatot Nurmantyo dan Aria Bima berada di barisan rombongan depan. Sedangkan Ganjar, Gibran dan Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa berada di barisan belakang.
Menurut Ganjar Pranowo, kirab pusaka dalem yang dilaksanakan secara terbuka menunjukkan betapa keraton lebih dekat dengan masyarakat.
"Iya saya katakan Keraton dengan kampung menjadi lebih dekat begitu. Ya suasana kulturalnya sangat kuat," kata dia.
Menurutnya, kegiatan-kegiatan kebudayaan perlu terus ditampilkan. Namun, ia mengingatkan pentingnya menjaga protokol kesehatan.
"Saya kira banyak kegiatan kebudayaan yang perlu terus ditampilkan. Kita cukup bisa menikmati, masyarakat senang dan protokol kesehatan tetap dijaga," paparnya.
Pelestarian tradisi dan budaya, menurut Ganjar, secara otomatis akan menjadi daya tarik wisata.
"Tentu saja, otomatis (jadi) wisata. Semua orang menunggu, dan semua tadi menyambut dengan sangat ramai," ujarnya.