Lindungi Biota Raja Ampat, Pemerintah Diminta Bikin Peta Kawasan Laut
- ANTARA FOTO/Darwin Fatir
VIVA Nasional – Sebagai destinasi unggulan pariwisata di Tanah Air, kondisi Raja Ampat di Papua Barat alami kerusakan biota laut seperti terumbu karang. Kerusakan diperparah karena perilaku tak bertanggungjawab pihak luar memakai peledak untuk menangkap ikan.
Ketua Dewan Adat Papua Wilayah III Doberay Papua Barat, Manawir Paul Finsen Mayor menjelaskan kerusakan Raja Ampat jadi ironi. Sebab, ekosistem biodata laut di Raja Ampat mestinya dijaga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Dengan menjaga ekosistem, otomatis dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," kata Manawir, dalam keterangannya, yang dikutip pada Selasa, 19 Juli 2022.
Dia menjelaskan kerusakan alam Raja Ampat sudah lama terjadi. Meski perbaikan dilakukan, tapi kerusakan makin parah lantaran bertambah banyaknya industri pariwisata. Kata dia, kesadaran wisatawan masih rendah karena kerap buang sampah sembarangan sehingga perburuk kondisi lingkungan.
Maka itu, untuk menjaga kelestarian alam di Raja Ampat, Suku Maya menerapkan hukum adat dengan mengedepankan kearifan lokal. Dia menekankan Suku Maya merupakan pemilik hak kawasan laut dan darat.
Pun, Ketua Dewan Adat Suku Maya Johanes C Arempeley menjelaskan kerusakan biota laut harus jadi evaluasi semua pihak. Dia menyampaikan pentingnya pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan program lingkungan hendaknya melibatkan penduduk setempat dan langsung ke Suku Maya.
Status Johanes saat ini sebagai Ketua Dewan Adat Suku Maya yang sah diakui secara hukum. Surat Keputusan (SK) dikeluarkan sejak 2003 sampai saat ini.
Menurutnya, dalam pemeliharaan lingkungan, pemerintah daerah sudah mengajak semua suku. Tapi, pelibatannya baru sebatas turun ke setiap suku yang ada di Papua Barat, belum sampai pada tahap kerja sama.
Johanes menyebut Raja Ampat diibaratkan serpihan sorga yang bisa dilihat secara kasat mata. Keindahan kehidupan bawah laut Raja Ampat menarik turis. Namun seiring waktu, kerusakan terjadi dippicu kapal melempar jangkar sembarangan atau kapal kandas.
“Seperti peristiwa tahun 2017 saat Kapal Pesiar SKY kandas. Ini sangat disayangkan karena merusak ekosisitem dasar laut,” ungkap Kak Anis, panggilan akrab Johanes C Arempeley.
Dia mengingatkan Kawasan Raja Ampat punya keunggulan karena memiliki kontur dasar laut yang unik. Tapi, kerap menyebabkan kapal kandas jika nakhoda tak mengetahui karakteristiknya.
"Kerusakan terumbu karang sangat luas, terutama pada zona inti perikanan dan pariwisata sehingga perlu restorasi," tuturnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan data bahwa di Raja Ampat memiliki 603 spesies terumbu karang di Raja Ampat. Namun, belum diketahui secara pasti berapa terumbu karang yang rusak.
"Nilai kerugian juga belum dapat dihitung secara pasti karena kerusakan tidak hanya terumbu karang yang sudah ada ratusan tahun di tempat itu," jelasnya.
Sementara, Kepala Suku Adat Wawiyai/Kawe Matius Arempeley, restorasi Raja Ampat jadi pilihan yang paling mungkin dilakukan. Namun, perlu diukur variasi spesies terumbu karang untuk restorasi.
Adapun dari pengamatan pihaknya, diketahui terdapat beberapakoloni besar terumbu karang yang rusak. Ini memerlukan waktu lama untuk memulihkan.
Selain restorasi, pemerintah diminta harus melindungi terumbu karang dan ekosistem bawah laut dari jangkar kapal besar yang singgah maupun lewat. Pemerintah harus menyusun tambatan strategis sehingga kapal besar tidak bisa langsung masuk ke perairan dangkal.
"Pemerintah juga harus segera membuat zonasi di mana kapal besar bisa masuk atau tidak, serta peta kawasan laut," ujar Kawe.