Pesantren Shiddiqiyyah Belum Setop Kegiatan karena Belum Terima Surat
- Istimewa
VIVA Nasional - Pihak pengelola Pesantren Majma'al Bahroin Hubbul Wathon minal Iman Shiddiqiyyah (Pesantren Shiddiqiyyah) di Desa Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, menyatakan bahwa kegiatan di sana tetap berjalan normal, kendati Kementerian Agama telah mencabut izin operasional pesantren tersebut.
Kemenag mencabut izin operasional Pesantren Shiddiqiyah setelah terseret kasus pencabulan yang menjerat Moch Subchi Azal Tsani atau Mas Bechi, anak dari pengasuh pesantren tersebut. Pesantren Shiddiqiyah ikut terseret karena pengelola dinilai menghalang-halangi upaya penyidikan dan penjemputan paksa Mas Bechi.
Ketua Umum DPP Organisasi Shiddiqiyyah (Orshid) Joko Herwanto mengatakan, kondisi dan situasi di Pesantren Shiddiqiyyah saat ini kondusif dan aman. Kegiatan di pesantren tersebut juga berjalan normal seperti biasa, tidak terpengaruh peristiwa penjemputan paksa Mas Bechi di pesantren tersebut pada Kamis pekan lalu.
Joko mengatakan, kegiatan di Pesantren Shiddiqiyah tetap berjalan normal karena pihaknya belum menerima surat resmi pencabutan izin operasional dari Kemenag. "Sepanjang surat resmi belum kami terima, maka kegiatan belajar mengajar berjalan sebagaimana mestinya,” katanya dihubungi wartawan pada Senin, 11 Juli 2022.
Dia meyakini, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tidak akan gegabah mengambil keputusan terkait masa depan Pesantren Shiddiqiyah. Sebaliknya, dia berharap Menag mengeluarkan keputusan yang arif dan bijaksana. Karena itu, Joko meminta para wali santri dan jemaah tidak khawatir berlebihan menyikapi polemik yang tengah membelit Pesantren Shiddiqiyyah.
Hal sama disampaikan Nurhadi, Kepala Sekolah Bustanul Ula Shiddiqiyyah, lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Pesantren Shiddiqiyyah. Dia mengatakan aktivitas belajar mengajar di sekolahnya tetap berjalan seperti biasa. Dia pun intensif berkomunikasi dengan dewan guru dan meminta untuk tenang. “Agar tetap tenang selama kita belum menerima surat resmi dari Kemenag," ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini terdapat 1.300 santri di Pesantren Shiddiqiyah. Sebanyak 30 persen santri di antaranya berasal dari Jombang, sementara sisanya, 70 persen, berasal dari luar daerah. Mereka semua kini tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa. "Sejauh ini semua berjalan dengan baik," kata Nurhadi.