Khutbah Arafah: Tanggalkan Ego, Kedepankan Sikap Moderat

Jemaah haji khusyuk beribadah jelang wukuf Arafah
Sumber :
  • ANtara

VIVA Nasional – Pada momentum haji akbar tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi ini, jemaah haji diajak merenung perjalanan kehidupan, sekaligus mengambil ibrah sebagai modal menghadapi masa depan. Jemaah haji datang dari berbagai penjuru dunia, bergaam suku-bangsa dengan satu tujuan yakni tunduk beribadah kepada Allah.

"Kita disatukan oleh Allah Jallajallalahu dalam keragaman bangsa, suku, budaya, bahasa, dan banyak perbedaan lainnya yang merupakan sunnatullah. Kita disatukan dalam Islam rahmatan lil alamin melalui tuntunan syariat menjalankan kewajiban haji di Tanah Suci," kata Prof H Moh Mukri dalam khutbah Arafah yang disampaikan Jumat, 8 Juli 2022. 

"Dengan hal ini kita diingatkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathaniyah, sambungnya.

Ukhuwah atau persatuan ini tercermin dalam firman Allah "Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (Ali Imron: 109).

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk mengingatkan umat Nabi Muhammad bahwa dahulu pada masa jahiliah, masyarakat saling bermusuhan sehingga timbullah perang saudara beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum Aus dan Khazraj. Allah kemudian mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad SAW dan mereka masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. 
Allah  telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang yangbersaudara dan saling mencintai menuju kebahagiaan bersama.

"Suasana hati yang lembut dan saling mengedepankan persatuan serta persaudaran menjadi sebuah kenikmatan yang harus dipertahankan dan disyukuri," ungkapnya

Dalam ayat lain Allah juga berfiman:

"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS: Al- Imran: 159)

Menag Nasaruddin Umar Laporan ke Prabowo Soal Masalah Haji hingga Pesantren

Ayat ini juga menjadi pengingat akan pentingnya berlaku lemah lembut kepada sesama serta membuang jauh perilaku- perilaku yang tidak mengedepankan tata krama, termasuk juga hati yang keras dalam mengajak kepada kebaikan. Alih-alih akan mendatangkan sesuatu yang diharapkan, sikap negatif ini justru akan semakin menjauhkan orang-orang baik di sekitar kita. 

"Mari tebarkan aura menyejukkan dan kedepankan diskusi dengan kepala dingin untuk menyelesaikan berbagai hal dalam mewujudkan kemaslahatan bersama. Bersikap baik dan berperilaku positif sudah menjadi setengah dari kesuksesan kita meraih sesuatu," ujar Rektor Universitas Nahdlatul Ulama ini. 

Dukungan BRI untuk Meningkatkan Ekosistem Bisnis Umrah dan Haji Lewat Solusi Finansial

Dalam momentum haji ini, Prof Mukri mengingatkan untuk menanggalkan ke-aku-an
dengan mengagungkan Allah yang merupakan dzat paling berhak dalam kehidupan. Sebab manusia hadir hanya dengan memakai dua helai kain putih yang menjadi simbol ketidakmampuan dan kepasrahan kepada Allah.

"Pakaian ihram yang kita pakai ini menunjukkan bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Bukan jabatan, bukan harta, dan bukan kelebihan fisik yang pantas untuk dibanggakan di hadapan Allah karena yang menjadi barometer kemuliaan dihadapan-Nya hanyalah ketakwaan," katanya 

Investasi Emas Makin Hot, Gen Z Diingatkan Mulai Disiplinkan Keuangan

Manusia juga diseru untuk selalu menghargai perbedaan. Sebagaimana Allah menciptakan hamba-hambanya beragam suku bangsa untuk saling mengenal satu sama lain. "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti." (QS Al Hujurat: 13)

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan agar senantiasa menyadari adanya perbedaan penciptaan manusia. Ada pria ada wanita dengan berbagai suku bangsa ini bukan untuk dipertentangkan dan saling bercerai-berai. Semua itu adalah untuk saling mengenal, menjalin komunikasi, sehingga terbangun harmoni di tengah kehidupan.

"Terlebih di negara kita Indonesia yang sangat bineka dalam kebudayaan dan agama, perlu untuk dirawat sehingga senantiasa damai dan rukun dalam kehidupan beragama, berbangsa, serta bernegara," ujarnya

Dalam rangka mewujudkan kehidupan yang harmoni antarsesama, sudah semestinya mengedepankan sikap moderat dalam segala hal, wa bil khusus moderat dalam beragama. 

Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yaitu melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemashlahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

Moderasi beragama harus terus disyiarkan ke seluruh penjuru dunia agar peradaban dan perdamaian dunia bisa terwujud. Dari Padang Arafah, mari kita ketuk pintu langit, memohon senantiasa turun rahmat ke muka bumi.

"Semoga perdamaian dunia bukan hanya mimpi dan toleransi serta saling menghargai selalu bersemi," tutupnya


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya