Soal Ganja Medis, Begini Sikap PBNU

Gus Yahya Cholil Staquf
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya masih mengamati pembahasan mengenai ganja medis atau ganja untuk kesehatan. PBNU, kata Gus Yahya, belum menentukan sikap karena menunggu pembahasan para ahli.

"Ya kalau itu sih kita harus dengarkan dulu apa kata para ahli kesehatan soal ini. Kita kan cara kita menyikapi masalah secara keagamaan kita harus tahu dulu seluk beluk masalahnya seperti apa," kata Yahya di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 28 Juni 2022. 

Dalam menyikapi persoalan itu, kata Gus Yahya nantinya akan dibahas lagi di internalnya, yakni melalui bahtsul masail. 

"Ya nanti seperti biasa kan NU ini, misalkan soal PMK kemarin kan kita undang ahli, dokter ahli tentang penyakit ini apa saja akibatnya. Baru kita kita bicarakan pandangan," katanya. 

Pemusnahan 6,2 Kilogram Ganja oleh Kanwil Bea Cukai Sulbagsel dan BNNP Sulawesi Selatan

Aksi Damai Legalkan Ganja Medis

Photo :
  • Tangkapan Layar

Tanam Puluhan Pohon Ganja di Cengkareng, Pria Ini Terancam Hukuman Seumur Hidup

Sebelumnya, aksi sang ibu yang membawa poster bertuliskan butuh
Penyelundupan 11 Karung Ganja Seberat 272 Kg dari Aceh Digagalkan, Dua Pelaku Diamankan
ganja medis untuk pengobatan sang anak disorot netizen. Dalam aksinya itu, sang ibu juga membawa tulisan yang berisi tuntutan kepada Mahkamah Konstitusi (MK). 

Aksi dari sang ibu ini kemudian viral dan diposting sejumlah pihak, salah satunya di akun Dwi Pertiwi. Diketahui, Dwi merupakan ibu dari almarhum Musa, anak pemohon uji materi larangan ganja untuk medis. Musa meninggal dunia pada Desember 2020 lalu di usia 16 tahun usai berjuang melawan cerebral palsy. 

Dalam unggahannya, Dwi mengungkap sosok ibu yang berkeliling di tengah CFD membawa poster itu bernama Santi. Sementara anak semata wayangnya itu bernama Pika. Sang anak, Pika tengah berjuang melawan cerebral palsy dan kerap mengalami kejang tiap dua kali seminggu. 

"Dan setiap kali Pika kejang, hasil latihan fisioterapi, terapi wicara dan terapi-terapi tumbuh kembang lainnya kembali ke nol. Pika kembali lagi ke kemampuan awal dia seperti bayi, dia harus berjuang dari awal," ungkap Dwi seperti dikutip dari akun Instagram pribadi @budhesomplak. 

Kondisi Pika ini terus melemah jika kejang terus dialaminya, hal itu bisa berdampak pada kemampuan motorik dan kognitifnya. Sebagai ibu yang pernah merasakan perjuangan seperti Santi, ia berharap agar Pika bisa mendapatkan hak untuk sembuh.  

Ia berharap Mahkamah Konstitusi (MK) bisa segera melegalkan ganja untuk pengobatan medis. Sehingga lebih banyak lagi anak-anak yang mengidap cerebral palsy tertolong. 

"Santi berjuang supaya tidak ada lagi Musa-Musa lainnya yang harus meregang nyawa hanya karena kami masih menunggu kepastian dari yang mulia Mahkamah Konstitusi," tandas Dwi