Peternak di Malang Pakai Susu Bayi Agar Anak Sapi Tak Tertular PMK

Peternak berikan susu bayi untuk anak sapi di kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Peternak sapi di Pujon, Kabupaten Malang menggunakan susu formula bayi untuk memberi makan pada 'pedet' atau anak sapi. Cara ini dilakukan agar menghindari anak sapi tertular penyakit mulut dan kuku (PMK) dari indukannya. 

Presiden Panggil Mentan Bahas Kemudahan Investasi Sapi Perah di Indonesia

Salah seorang peternak di Pujon, Imam Syafii, mengatakan alternatif ini dia pilih karena pedet yang baru dilahirkan oleh induknya mati. Dia bilang, indukan dari anak sapi itu memang terpapar PMK. 

Kondisi itu jadi perhatiannya karena anakan sapi masih menyusu pada induk. Ternyata anak sapi ini ikut terpapar hingga lidahnya lepas dan mati. 

Wamentan Sudaryono Kawal Investasi Produksi Daging dan Susu

"Indukan yang melahirkan kita belikan susunya bayi. Sebagai alternatif. Sehari habis 3 liter untuk satu pedet pokonya setengah kilogram itu sehari. Mereknya apa saja pokoknya susu bayi," kata Imam, Senin, 27 Juni 2022. 

Vaksinasi Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) pada sapi.

Photo :
  • VIVA/Teguh Joko Sutrisno
Wamentan Klaim Banyak Perusahaan Ingin Investasi Susu untuk Program Makan Bergizi Gratis

Imam menuturkan, semula di kandangnya ada 14 ekor sapi. 2 ekor mati karena PMK. Lalu, 2 ekor lagi terpaksa dijual karena terpapar PMK tetapi masih sehat. 

Menurut dia, dikandangnya kini hanya tesisa 10 ekor. 4 ekor di antaranya adalah pedet alias anak sapi. 

Imam menyebut, biaya perawatan dengan susu bayi tentu jauh lebih mahal ketimbang langsung menyusu dari induknya. Langkah ini dilakukan agar 4 anak sapi tetap bisa bertahan hidup. Apalagi ke 4 anak sapi ini semuanya berjenis betina sehingga berfungsi untuk kelangsungan peternakan sapi miliknya. 

"Ya, mahal susu bayi, tapi bagaimana lagi kita kan butuh kehidupan. Apalagi kita butuh penerusnya sapi-sapi yang sudah mati. Dan, beruntungnya sapi pedetan ini yang lahir semuanya betina 4 ekor," ujar Imam. 

Imam sendiri mengaku terus merugi dengan wabah PMK yang tidak kunjung selesai ini. Total kerugian sejauh ini mencapai ratusan juta mulai dari sapi mati. Hal ini membuat beberapa sapi terpaksa dijual hingga produksi susu yang merosot tajam. 

Dari produksi sapi jika biasanya 15 hari dia mendapat Rp7 juta kini anjlok menjadi separuh. Sementara, biaya perawatan saat PMK lebih besar karena harus memberikan vitamin dan lainnya. Dia bilang, biaya perawatan kini mencapai Rp6 juta per bulan. 

"Dari sapi kalau normal dari susunya biasanya 15 hari dapat Rp7 juta kalau waktu PMK ya merugi yang penting kita menjaga indukannya tetap sehat masalah rugi tidak kita pikir. Kerugian sudah banyak, harga satu sapi itu anjloknya luar biasa," tutur Imam.

Dia mengatakan selama mejual sapi yang terpapar PMK biasanya mesdi dilihat kondisinya. Jika kondisi hewan sapi masih sehat dan hanya kukup yang lepas, maka bisa dijual.

"Kalau cuma kukunya lepas lebih baik saya jual tapi kalau kondisi sudah darurat saya tidak tega biarkan mati lalu saya kubur," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya