5 Ton Liter Susu Sapi Dibuang Imbas PMK di Malang
- VIVA/Diki Hidayat
VIVA – Dampak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Desa Ngantang, Kabupaten Malang Jawa Timur, terus meluas. Kini produksi susu sapi perah merosot tajam dari biasanya 104 ton kini hanya 49 ton susu sapi perhari.
Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Makmur Kecamatan Ngantang, Sugiono mengatakan, penurunan ini dikarenakan banyak sapi yang terpapar PMK. Dari 17.800 ekor sapi perah yang sudah terpapar sebanyak 8 ribu ekor dan 250 ekor sapi mati serta 550 ekor terpaksa disembelih untuk menghindari penularan.
"Dampak dari PMK ini, penurunan produksi susu yang sangat signifikan. Sebelum PMK produksi susu KUD Sumber Makmur 104 ton dan hari ini hanya diangka 49 ton perhari," kata Sugiono, Kamis, 23 Juni 2022.
Selain itu, Sugiono menuturkan setidaknya sebanyak 5 ton susu sapi dibuang oleh KUD Sumber Makmur. Susu yang dibuang itu adalah susu yang diproduksi oleh sapi pasca disuntik antibiotik oleh otoritas terkait.
Penyebabnya, kandungan susu dari sapi yang sudah disuntik antibiotik dianggap tidak layak dikonsumsi. Perusahaan sendiri juga enggan membeli susu hasil perahan dari sapi yang sudah disuntik antibiotik. Tetapi agar peternak tidak merugi, KUD Sumber Makmur tetap membelinya meski akhirnya itu dibuang.
"Karena wabah ini juga sapi perah milik peternak di suntik antibiotik dan tetap kami beli susunya. Susu antibiotik yang kita beli dan kami buang ada kisaran 5 ribu liter atau 5 ton. Susu antibiotik kita tetap beli kepada peternak karena apapun yang terjadi itu merupakan konsekuensi kelembagaan KUD supaya peternak kerugiannya tidak terlalu tinggi," jelas Sugiono.
Dengan kondisi saat ini, KUD yang menaungi para peternak sapi mengalami kerugian. Total kerugian bisa mencapai Rp900 juta perbulan. Tetapi mereka sebisa mungkin tetap membeli susu, agar beban yang dirasakan oleh peternak sapi tidak begitu besar akibat dampak wabah PMK.
"KUD berusaha semaksimal mungkin, kalau bicara kerugian kita juga sangat material sekali. Karena itu tadi susu antibiotik 5 ribu liter atau 5 ton itu tetap kita beli dari peternak. Harga normal kisaran harga Rp6 ribu kalau dikalikan bisa Rp30 juta perhari dan jika dikalikan satu bulan Rp900 juta," tutur Sugiono.
Sugiono menyebut, wabah PMK mulai terdeteksi di Ngantang sejak sebelum Hari Raya Idul Fitri 2022 lalu. Sedangkan pihak pemerintah Kabupaten Malang, baru melakukan penanganan dan pencegahan lalu lintas ternak sejak beberapa bulan terakhir ini.
"Meski telat tetapi pemerintah sudah melakukan vaksinasi, kemarin sudah ada 500 vaksin yang diberikan. Padahal kontribusi KUD sangat besar, secara pajak di tahun 2021 diangka Rp6 miliar. Dengan itu harapan kami kepada pemerintah bisa mensupport dengan harapan bisa memberikan kompensasi kepada peternak yang sapinya mati," jelasnya.