Jam Pintar Diberikan Kepada Jemaah Haji yang Berisiko Tinggi
- VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis
VIVA Nasional – Jemaah haji dari Indonesia sudah mulai diberangkatkan ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji sejak 12 Juni 2022. Keberangkatan para jemaah haji terbagi menjadi beberapa kloter hingga 27 Juni 2022 mendatang.
Namun, kabar duka terus bertambah dari jemaah haji Indonesia yang meninggal saat hendak menunaikan ibadah haji mereka. Hingga saat ini terhitung sudah ada 9 jemaah haji yang meninggal dunia di Tanah Suci berdasarkan laporan dari pihak Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1443H/2022M yang dilansir dari laman Kemenag.
Jumlah tersebut bertambah setelah dua orang meninggal yakni Suharno Muhammad Sudjin (63) dari kloter JKG 10 Embarkasi Jakarta Garuda dan Rochma Erviana Prastyawati (57) dari Jemaah PT. Goenawan Erawisata.
Saat ini menurut laporan, jemaah haji yang sakit ada sebanyak 151 orang, 98 orang rawat jalan, 7 orang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan 8 orang dirawat di RSAS.
Penyakit yang paling banyak dialami oleh jemaah haji Indonesia di Tanah Suci antara lain seperti Cellulitis, Dehidrasi, Diabetes Mellitus, Hipertensi dan luka bakar atau kaki melepuh.
Maka dari itu, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) melalui Pusat Kesehatan Haji telah membuat jam pintar jemaah haji yang telah tersedia aplikasi yang disebut sebagai Tele Jemaah Puskes Haji yang akan diberikan dan digunakan oleh jemaah haji yang berisiko tinggi. Jam pintar jemaah haji tersebut dapat mempermudah petugas kesehatan dalam memantau kondisi kesehatan jemaah haji yang berisiko tinggi tersebut.
Jam pintar jemaah haji dengan aplikasi Tele Jemaah itu akan diketahui akan diberikan dengan jumlah sebanyak 3 ribuan kepada jemaah haji Indonesia yang melaksanakan ibadah haji tahun ini, seperti yang dikutip dari laman Kemenag Jabar.
Kondisi kesehatan dan aktivitas jemaah haji dapat terpantau dengan menggunakan jam pintar jemaah haji tersebut karena telah disetting dan terkoneksi dengan aplikasi PPIH Kesehatan Arab Saudi dan dokter TKHI-nya.
Melansir dari laman Kemenkes, Dalam menu aplikasi di jam pintar itu terdapat input data kesehatan yang diantaranya terdiri dari tekanan darah, gula darah, saturasi oksigen, suhu tubuh, sampai keluhan. Selain itu, juga terdapat informasi vaksinasi. Ini adalah data vaksinasi yang sudah dilakukan oleh jemaah haji di kabupaten/kota atau Puskesmas pada saat melakukan vaksinasi terutama meningitis.
Kemudian data kondisi jemaah tersebut didapat dari data yang diinput dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes). Pengiriman data bersifat otomatis sehingga jemaah yang mengalami kondisi berisiko bisa langsung ditangani.