Perjalanan Karir Militer Soeharto hingga Dianugerahi Bintang Lima
- Headtopics
VIVA – Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto, memiliki latar belakang sebagai anggota militer. Pria kelahiran Bantul itu dilantik menjadi presiden menggantikan Soekarno pada 12 Maret 1967.
Sebelum diangkat menjadi presiden Pria yang dijuluki sebagai The Smiling General itu adalah anggota militer aktif dengan pangkat Mayor Jenderal.
Berikut VIVA telah merangkum perjalanan karir militer orang nomor satu di Indonesia ini sejak 1967 sampai 1998. dilansir dari laman resmi Tentara Nasional Indonesia (TNI) tni.mil.id.
Awal merintis karir di dunia militer
Pria kelahiran 8 Juni 1921 ini diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah pada 1 Juni 1940. Soeharto menamatkan latihan dasar selama enam bulan di sekolah militer ini dan dinobatkan sebagai lulusan terbaik serta menerima pangkat kopral.
Perang dunia II
Ketika Perang Dunia II terjadi pada 1942, Soeharto dikirim ke Bandung. Hal tersebut dilakukan untuk menjadi tentara cadangan, di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu.
Setelah berpangkat Sersan di Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger (KNIL), Soeharto menjadi komandan peleton, komandan kompi, komandan resimen dengan pangkat Mayor, dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel, di dalam militer yang disponsori oleh Jepang yaitu Pembela Tanah Air (PETA).
Usai perang kemerdekaan
Di sini Soeharto tetap ditunjuk menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram, dengan pangkat Letnan Kolonel. Ia ditugaskan memimpin operasi penumpasan pemberontak Andi Azis di Sulawesi.
Setelah itu, Soeharto ditunjuk menjadi komandan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) kota Makassar dengan tugas mengamankan kota dari gangguan mantan anggota KNIL/KL.
melansir dari laman Wikipedia, KNIL sendiri merupakan angkatan perang kolonial Hindia Belanda, meskipun KNIL memiliki tugas melayani pemerintahan Hindia Belanda, banyak anggotanya yang berasal dari pribumi Hindia Belanda, orang-orang Afrika dari Belanda Hitam dan orang-orang Indo-Belanda.
Memimpin serangan oemoem (Serangan umum) di Yogyakarta
Pada 1 Maret 1949, Soeharto ikut dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX, kepada Panglima Besar Soedirman.
Soeharto memimpin Brigade X dalam serangan umum yang dilakukan di Yogyakarta dan berhasil menduduki kota itu selama enam jam sebagai bukti bahwa Republik Indonesia masih ada.
Komandan Resimen Infanteri 15
Pada usia yang ke 32 tahun, Soeharto dipindah tugaskan ke markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infanteri 15 dengan pangkat kolonel pada 1 Maret 1953.
Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro
Pada 3 Juni 1956, Soeharto diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, Ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya naik menjadi Kolonel.
Panglima Kohanudad
Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD), bertambah dengan jabatan baru sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD).
Pada tahun yang sama (1961), Soeharto mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Perancis, dan Bonn, Jerman.
Panglima Kostrad
Pada 1 Januari 1962 pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal. Kemudian di pertengahan tahun Soeharto diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), hingga 1965. Di tahun 1962 Soeharto juga terlibat dalam Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat.
Jenderal bintang lima
Pada 5 Oktober 1997 saat menghadiri HUT ABRI ke-52, Soeharto terlihat tampil mengenakan pangkat lima bintang di pundaknya. Beberapa hari sebelum acara tersebut, Panglima ABRI saat itu Jenderal Feisal Tanjung memberikan pangkat kehormatan itu.
Mengutip berbagai sumber, Pangkat bintang lima itu tidak terikat dengan struktur organisasi ABRI. Selain Soeharto hari itu pangkat kehormatan bintang lima juga diberikan kepada Jenderal Abdul Haris Nasution dan almarhum Jenderal Sudirman.