Nakhoda KM Ladang Pertiwi Kisahkan Kronologi Tegang Karamnya Kapal
- ANTARA/Darwin Fatir
VIVA – Nakhoda KM Ladang Pertiwi 2, Supriadi, menceritakan kronologi kejadian detik-detik kapal kayu yang dikendalikannya berada di laut lepas dihempas ombak tinggi karena cuaca buruk, hujan deras disertai petir terjadi di wilayah laut Selat Makassar.
"Kami berangkat dari Makassar (pelabuhan Paotere) menuju ke Pamantauang. Saat berangkat hari Rabu (25/5) cuaca teduh dan laut tenang sampai di Butung-butungan, dilewati Kalukuang," kata Supriadi di sela konferensi pers di atas KN SAR Kamajaya, Pelabuhan Peti Kemas, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa, 1 Juni 2022.
Namun selang beberapa lama melewati area Kalukuan dan mendekati Pulau Pamantauan, cuaca mulai berubah secara drastis. Angin keras mulai menerpa kapalnya sehingga oleng bahkan mesin kapal langsung mati.
"Waktu itu sekitar delapan mil dari Pemantauan, baru kencang angin, tiba-tiba mati mesin. Kompa (pengisap) mati, jadi tidak bisa hidup. Baku lawan (tabrakan) ombak di sampingnya (kapal)," ujar pria yang kini berumur 40 tahun itu.
Ketika kapalnya mulai oleng dihantam ombak dan tidak stabil, ia memerintahkan anak buah kapalnya bersama penumpang kapal segera bergegas mengambil peralatan penyelamatan seadanya seperti papan atau foam.
Karena cuaca tak kunjung bersahabat, ombak pun makin meninggi, kapal akhirnya karam pada Kamis, 26 Mei. Penumpang yang ada berusaha menyelamatkan keluarganya.
Saat ditanyakan berapa jumlah pasti penumpang yang ikut di kapalnya, ia memperkirakan sekitar 31 orang. Tetapi, data dari pihak aparat desa setempat menyebut sebanyak 51 orang yang belum kembali ke pulau.
"Perkiraan saya itu penumpang ada 31 orang. Tapi, bilang pihak desa 51 orang itu, catatannya dulu pak desa dicari. Karena biasa itu penumpang ikut satu tapi ada empat orang yang menyusul," tuturnya.
Dia bersama tiga orang masing-masing, satu ABK bernama Mahfud (korban) serta dua orang lainnya bukan korban, yakni pemilik Kapal KM Ladang Pertiwi 2 bernama Saiful dan Kepala Desa di pulau setempat, Muhammad Basit, tengah menjalani pemeriksaan di kantor Polda Sulawesi Selatan.
Berdasarkan data sebelumnya, jumlah penumpang kapal sebanyak 42 orang penumpang termasuk nakhoda dan ABK kapal. Sejauh ini telah ditemukan selamat 31 orang, dan 11 orang lainnya masih dilakukan pencarian.
Namun dari keterangan kepala desa, Basarnas kemudian memperbaharui data sementara tercatat ada 50 orang penumpang kapal, 31 selamat dan 19 masih dalam pencarian. (ant)