Menkes Budi Ungkap Penyebab Vaksin COVID-19 Banyak yang Kedaluwarsa

Menkes Budi Gunadi Sadikin
Sumber :
  • Youtube/Sekretariat Presiden

VIVA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan penjelasan mengenai banyaknya vaksin COVID-19 yang telah habis masa pakainya atau kedaluwarsa. 

Menurutnya, ini disebabkan oleh banyaknya vaksin yang masuk ke Tanah Air dengan masa pakai yang singkat hasil dari hibah sejumlah negara maju.

"Memang adanya vaksin-vaksin expired itu dua hal penyebabnya. Yang pertama sebagian besar expired itu vaksin-vaksin donasi. Kenapa vaksin donasi itu expired, karena vaksin donasi umumnya vaksin-vaksin stok lama di negara-negara maju," kata Budi, Selasa, 31 Mei 2022

Menurut Budi, negara-negara maju pada saat vaksin tersedia, mereka membeli lebih awal karena mereka memiliki akses dan uang untuk ke sana. Kemudian, mereka menyimpannya sampai stoknya banyak tetapi realisasi penyuntikannya tidak semuanya habis sehingga masih tersisa banyak.

Ilustrasi Vaksin Covid-19

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

"Sehinggga ini lah yang didonasikan. Jadi hampir semua vaksin donasi itu masa expired date-nya pendek," ujar Budi.

Alasan kedua yang membuat banyaknya vaksin kedaluwarsa adalah melambatnya laju vaksinasi di Tanah Air. Hal itu karena hampir sebagian besar warga negara sudah divaksin. "Kedua, karena memang terjadi pelambatan, penurunan dari laju vaksinasi," kata Budi.

Pada awalnya, kata Budi, Kemenkes sempat memperkirakan vaksinasi dosis lengkap 90 persen dari target dan 90 persen dari populasi dan yang boosternya 80 persen. Tetapi realitasnya saat cakupan vaksinasi berada di 70 persen, laju vaksinasi jadi stagnan.

'Mainan' di Rutan KPK, Cabup Pekalongan Dilempar Tongkat dan Asal-usul COVID-19

"Tapi realitasnya kita lihat juga di negara-negara maju lainnya. Kalau sudah dapat 70 persen dari populasi itu  biasa stagnan dan boosternya negara maju itu malah 40 persenan. Jadi tadi kami juga diskusi dengan bapak Presiden yang lebih realistis target yang awal itu tidak realistis," kata Budi.

Dia menambahkan, "Yang lebih realistis itu adalah 70 persen dari populasi itu yang dapat dosis lengkap dan boosternya 50 persen. Dengan adanya penurunan ini, kan jadi kebutuhan vaksinnya jadi lebih sedikit," ujarnya.

Misteri Asal-usul COVID-19 Mulai Terkuak, Ini Temuan Para Ilmuwan
Ilustrasi BPOM

BPOM Janji Percepat Proses Pendaftaran Obat-obatan Inovatif Maupun Obat Penyakit Langka

Menyadari prioritas ini, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia, Taruna Ikrar berkomitmen memperkuat peran BPOM dalam melindungi kesehatan masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
5 Oktober 2024