Begini Kronologi Calon Bintara Gagal Pendidikan karena Buta Warna
- VIVA / Foe Peace
VIVA - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Endra Zulpan, menyebut dalam tahap awal, Fahri Fadilah Nur Rizki (21), dan calon bintara lain akan mengikuti pemeriksaan administrasi. Pada proses tersebut, berkas data diri calon bintara bakal diperiksa.
"Jadi kalau pemeriksaan berkas ada namanya pemeriksaan administrasi atau rikmin. Pemeriksaan ini meliput KTP, ijazah yang terkait dengan berkas-berkas pendaftaran, tanggal lahir yang mana tiap pendaftaran ada syarat pendaftaran. Itu salah satu di rikmin," ujar dia kepada wartawan, Selasa, 31 Mei 2022.
Jalani Tes Kesehatan
Pasca pemeriksaan berkas rampung, Fahri dan calon bintara lain bakal menjalani pemeriksaan kesehatan. Tes kesehatan tersebut meliputi kesehatan dalam dan luar.
"Kesehatan itu kan mulai dari kesehatan luar kemudian baru ada pemeriksaan kesehatan dalam. Kemudian ada juga pemeriksaan mata. Kesehatan mata apakah matanya minus termasuk ada tes buta warna. Jadi itu sudah masuk item seleksi tes," kata Zulpan.
Baca juga: Viral Pemuda Calon Bintara Tiba-tiba Digagalkan dan Diganti Orang Lain
Ikut Seleksi Bintara Sejak 2009
Fahri sendiri disebut Zulpan sudah mengikuti seleksi bintara sejak tahun 2019. Hasilnya, dia selalu gagal pada tes kesehatan dengan diagnosis buta warna. Kata Zulpan, tes medis kepada Fahri tetap dilakukan walau sudah dinyatakan buta warna lantaran panitia hanya mengacu pada hasil tes.
"Jadi kalau dia kegagalan tes pertama misalnya dia kalah di akademik, kemudian dia mau daftar lagi walaupun kita punya datanya tidak digugurkan karena akan dilihat hasil tesnya nanti. Jadi tidak langsung di-black list gitu tetep diberikan kesempatan tes dan hasilnya itu yang disampaikan kembali," katanya.
Fahri sempat dinyatakan lolos seleksi tahap satu sebagai bintara. Dia menduduki peringkat 35 dari ribuan peserta lain.
Menghapal Buku Tes Buta Warna
Zulpan menyebut Fahri diduga bisa melewati tes kesehatan mata dengan cara menghapal buku tes buta warna. Data ini diketahui saat panitia melakukan supervisi sebelum Fahri mengikuti pendidikan.
"Khusus untuk kasus Fahri ini, Polda Metro pada prinsipnya terbuka atas kritikan masyarakat termasuk calon peserta seleksi. Kepada Fahri pun sudah sebelum persoalannya viral dia sudah dipanggil begitu supervisi temukan itu. Dipanggil panitia Polda, dites ulang tidak bisa. Lalu dites di luar Polda melibatkan dokter indenpenden termasuk disaksikan orang tuanya dites ulang di situ dia tidak bisa sebutkan angka," kata dia.
Mantan Kabid Humas Polda Sulawesi itu mengklaim penanganan kasus Fahri telah sesuai prosedur yang ada. Setiap proses seleksi serta memberikan kesempatan untuk dites ulang telah diberikan.
"Dalam seleksi ini kita sudah terbuka terbuka apalagi dalam tahap pembentukan ini karena SDM-nya harus SDM yang unggul yang benar-benar penuhi syarat sebagai kepolisian. Saya dalam hal ini menyampaikan kepada yang bersangkutan dan keluarganya mungkin bisa berbesar hati. Mungkin ada jalur lain untuk mengabdi selain di jalur Polri," katanya lagi.
Viral
Baru-baru ini media sosial dihebohkan dengan video unggahan seorang calon bintara yang telah lulus mengikuti tes, namun merasa digagalkan. Fahri mengaku menduduki peringkat ke-35 dari 1.200 calon siswa yang akan berangkat pendidikan.
Ketika mendekati waktu keberangkatan, siswa tersebut mendapat kejutan karena nomor peringkatnya diganti nama orang lain.
Fahri Fadilah sempat dinyatakan lulus untuk mengikuti pendidikan gelombang pertama tahun 2021. Namun sebelum berangkat pendidikan di Lido, Sukabumi, Jawa Barat, ia harus mengikuti supervisi.
Zulpan menambahkan dalam supervisi ini calon siswa itu dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan bintara Polri.
"Dengan temuan buta warna parsial, dari temuan supervisi itu kami tindaklanjuti dan pendalaman," tutur Zulpan.