Komjen Boy Rafli Sebut Tiga Dedengkot KKB di Papua Paling Berbahaya

KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Ada empat pemimpin kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang kerap berulah dan menebar teror serta kekerasan di Papua, menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Masing-masing memiliki sejumlah pengikut dan basis atau area operasi di beberapa wilayah di Papua.

Dubes Djumala: BNPT Memantau Seksama Situasi Suriah Pasca Tumbangnya Assad

Tiga di antara mereka berusia muda, hasil regenerasi dari generasi tua ke generasi yang lebih muda. Mereka merupakan generasi ketiga atau anak-anak dari pemimpin kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, dalam wawancara eksklusif dengan The Interview, di Jakarta, Kamis, 28 April 2022, menyebut keempat dedengkot KKB itu, antara lain Egianus Kogoya, Lekagak Telenggen, Militer Murib, dan yang paling senior Goliat Tabuni.

Kini Giliran Warga Kampung Wuloni Jadi Sasaran Komsos Pasukan 323 Buaya Putih Kostrad di Medan Operasi Papua

Ilustrasi bangunan dibakar oleh KKB

Photo :
  • ANTARA

Egianus Kogoya, kata Boy, berbasis di Kabupaten Nduga. Sedangkan Lekagak Telenggen di kawasan Kabupaten Puncak, sementara Goliat Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya. "Militer Murib, Lekagak Telenggen, termasuk tokoh-tokoh utama yang melakukan berbagai penyerangan terhadap warga sipil yang berada di wilayah pegunungan tengah."

Organisasi Jemaah Islamiyah Bubar, Menko Yusril Data Napi JI Buat Dapat Bebas Bersyarat dan Grasi

Saat ditanya mana di antara keempat dedengkot itu yang paling berbahaya, Boy menjawab, "Tiga berbahaya. Tiga, dan pengikutnya berbahaya: Egianus Kogoya, Lekagak Telenggen, Militer Murib." Namun, dia segera menyebut "termasuk yang sudah tua Goliat Tabuni". Goliat Tabuni, katanya, tidak lagi muda, melainkan paling tua di antara mereka, yakni berusia lebih dari tujuh puluh tahun.

Keempat militan KKB itu, kata Boy, memiliki basis wilayah dan simpatisan yang terpisah-pisah, seolah-olah telah membagi wilayah kekuasaan masing-masing. Meski begitu, ujarnya, pola komunikasi dan hubungan mereka masih sangat tradisional.

"Mereka saling tahu, tetapi mereka bergerak di wilayah. Mereka terkoneksi dengan sarana yang terbatas," kata mantan kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri itu.

Tak sampai seribu

Dia menyebut bahwa KKB di Papua pada dasarnya tidak banyak. Berdasarkan taksirannya, sesuai hasil investigasi, "termasuk yang terlibat dalam penggunaan senjata, tidak sampai seribu [orang]".

Boy menganalisis, KKB sekarang sedang mengalami fase regenerasi dan sekarang didominasi kalangan muda. Karena mereka masih muda, ditambah dorongan ideologi anti-NKRI yang kuat, "mereka memiliki tingkat militansi yang tinggi; mereka sangat menguasai alam lingkungan setempat, mereka sangat survive (sintas) dengan kondisi alam di ketinggian, dengan cuaca dingin, dengan pegunungan--yang tentunya berbeda dengan dataran rendah".

Ringkasnya, Boy menegaskan, personel maupun pemimpin KKB generasi sekarang, "dalam konteks kemandirian, unggul di antara masyarakat biasa".

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya