Kepala BNPT soal NII Sumatera Barat: Generasi Tersesatkan
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap sedikit fakta baru hasil penyelidikan sementara tentang keberadaan kelompok ekstremis yang menamakan diri Negara Islam Indonesia (NII) dan sebagian besar berbasis di sejumlah kabupaten di Sumatera Barat.
Polisi menyebut kelompok itu sedang mempersiapkan serangan teror dan bahkan berencana membuat kekacauan untuk kemudian melancarkan kudeta terhadap pemerintah pada tahun 2024. Aparat menyatakan, berdasarkan hasil pemetaan, jumlah mereka mencapai 1.125 orang.
Aparat belum mengungkap banyak tentang keberadaan mereka kecuali seputar penangkapan 16 orang oleh Densus 88 Antiteror Polri karena diduga sebagai kelompok teroris. Belum diungkap juga keterkaitan NII di Sumatera Barat itu dengan kelompok bernama serupa yang berbasis di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dalam satu kesempatan wawancara eksklusif dengan The Interview, di Jakarta, Kamis, 28 April 2022, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan bahwa NII di Sumatera Barat, "menurut saya, generasi yang tersesatkan".
Mereka, katanya, mendapatkan inspirasi dari masa lalu, yaitu gerakan bernama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat, yang puncak aksinya terjadi pada 7 Agustus 1949. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pemimpin utama gerakan itu, sempat memproklamasikan pendirian Negara Islam Indonesia (NII), tetapi tak lama setelah itu dia ditangkap dan dihukum mati.
Berbekal inspirasi masa lalu dari gerakan dan pemikiran Kartosoewirjo itu, Boy menjelaskan, segelintir orang di antara mereka merekrut anggota dan menggalang kekuatan untuk bertindak kekerasan. Mereka, katanya, juga mendapatkan inspirasi atau dukungan moral dari gerakan teroris global, seperti ISIS dan Alqaeda, yang juga menginginkan mendirikan negara Islam.
"Jadi mereka ini adalah generasi muda yang terpapar semangat masa lalu yang diembuskan oleh teroris global hari ini," katanya. "Sehingga mereka ikut apa yang mereka lakukan, terutama kaitan dengan jaringan teroris global ini. Berdasarkan maping kita, gerakan NII ini ada kaitan dengan ekonomi dan politik."
Mayoritas pasif
Sejauh ini memang belum ada aksi teror atau kekerasan yang mereka lakukan. Tetapi, menurut Boy, aparat memiliki bukti awal yang kuat bahwa mereka sedang mempersiapkan untuk melancarkan teror dan kudeta.
Berdasarkan bukti itulah, kata mantan kepala Divisi Humas Mabes Polri itu, aparat menggunakan Undang-Undang tentang Terorisme untuk menangkap mereka, sebuah langkah pencegahan untuk menghentikan rencana mereka.
"Jadi [penindakan] yang dilakukan di Sumatera Barat itu," katanya, "adalah sebuah langkah pencegahan dari persiapan yang bisa mengarah ke penghalalan segala cara, termasuk penggunaan kekerasan."
Mengenai jumlah anggota NII di Sumatera Barat yang menurut polisi mencapai 1.125 orang, Boy berargumen, itu bukan angka karangan melainkan riil. Tetapi, dia segera meluruskan, tidak semuanya terkategori aktif, dan bahkan sebagian di antara mereka sekadar terpapar atau sempat berkomunikasi dengan para perekrut.
"Saya lihat mereka mayoritas lebih kepada hal yang pasif," ujarnya. "Yang aktif inilah yang sekarang dalam proses investigasi untuk mengetahui aktor di belakang semua ini."