Sejarah Hari Buruh Internasional atau May Day, Berawal dari Tahun 1886
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Hari Buruh Internasional atau dikenal juga dengan sebutan May Day diperingati setiap tanggal 1 Mei tiap tahun di seluruh penjuru dunia. Sementara peringatan Hari Buruh Internasional tahun ini jatuh pada hari Minggu, 1 Mei 2022. Sebelum diperingati setiap tahun seperti sekarang, ternyata ada sejarah may day yang mencetuskan hari buruh.
Sementara di Indonesia sendiri, setiap peringatan hari buruh, umumnya akan diisi oleh para buruh atau pekerja yang melaksanakan aksi unjuk rasa guna menyuarakan hak-hak buruh. Tapi, tidak jarang dari kalian yang belum mengetahui sejarahnya. Bermula dari unjuk rasa yang digelar di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886 sampai akhirnya ditetapkan sebagai may day.
Peringatan hari buruh tersebut adalah sebuah peristiwa bersejarah untuk kaum pekerja di seluruh dunia yang berhasil mempersingkat jam kerja yang awalnya sampai 18-20 jam. Akibat unjuk rasa tersebut, jam kerja dikurangi hingga 8 jam per hari. Nah, untuk lebih lengkapnya, simak ulasan tentang sejarah Hari Buruh Internasional atau May Day yang disadur dari berbagai sumber.
Sejarah Hari Buruh Internasional
Asal muasal Hari Buruh Internasional tidak terlepas dari perjuangan untuk mendapatkan hari kerja yang lebih baik sebuah tuntutan politik penting untuk kelas pekerja. Perjuangan ini telah ada hampir sejak awal sistem pabrik Amerika Serikat.
Sementara tuntutan untuk upah yang lebih tinggi tampaknya menjadi alasan paling umum untuk pemogokan dini di negara tersebut, masalah jam kerja yang lebih pendek dan hak untuk berorganisasi selalu menjadi daftar teratas ketika pekerja mengajukan tuntutan terhadap bos dan juga pemerintah.
Ketika eksploitasi semakin meningkat, dan pekerja semakin merasakan tekanan kuat dari jam kerja yang panjang dan terlihat tidak manusiawi, seruan untuk mengurangi jam secara signifikan menjadi lebih jelas. Sejak awal tahun 1800-an, para pekerja di Amerika Serikat menyatakan penolakan mereka untuk bekerja dari "matahari terbit sampai terbenam", atau hari kerja yang berlaku pada saat itu.
Empat belas, enam belas atau bahkan delapan belas jam sehari bukanlah hal yang aneh untuk bekerja. Dalam persidangan konspirasi yang dilaksanakan tahun 1806 melawan para pemimpin pemogokan Cordwainers, para pekerja ditemukan bekerja 19 hingga 20 jam dalam satu hari.
Dua puluhan dan tiga puluhan penuh dengan pemogokan untuk mengurangi jam kerja, dan banyak pusat industri membuat tuntutan eksplisit untuk 10 jam hari kerja.
Organisasi yang dianggap sebagai serikat pekerja pertama di dunia, Philadelphia Mechanical Union, dibentuk dua tahun sebelum berdirinya pekerja Inggris, tentu saja dapat dikaitkan dengan pemogokan pekerja konstruksi selama 10 jam sehari di Philadelphia pada tahun 1827.
Selama pemogokan tukang roti di New York pada tahun 1834, pengacara pekerja melaporkan bahwa "Selama bertahun-tahun para pekerja yang menjadi buruh di bisnis roti menderita lebih dari perbudakan yang pernah terjadi di Mesir. Mereka wajib bekerja rata-rata 18 sampai 20 jam dari dua puluh empat jam dalam sehari."
Permintaan 10 jam sehari di area ini dengan cepat berkembang menjadi sebuah gerakan, mewalaupun terhambat oleh krisis pada tahun 1837, membuat pemerintah federal di bawah Presiden Van Buren mengluarkan dekrit 10 jam per hari untuk seluruh orang yang bekerja di sektor pemerintahan.
Namun, perjuangan untuk universalitas 10 jam sehari, bagaimanapun juga, berlanjut selama dekade berikutnya. Tak lama setelah banyak industri menerima permintaan ini, para pekerja mulai memunculkan slogan delapan jam sehari dalam bekerja.
Dorongan untuk berserikat pada 1950-an memberi dorongan baru pada tuntutan-tuntutan ini, yang, bagaimanapun, dikendalikan dalam krisis 1857. Namun, persyaratan ini dipenuhi di beberapa industri yang terorganisir dengan baik sebelum krisis. Gerakan untuk mempersingkat hari kerja ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat.
Dalam upaya untuk mengakhiri kondisi yang tidak manusiawi ini, Konfederasi Industri Terorganisir dan Serikat Buruh (kemudian menjadi Federasi Buruh Amerika, atau AFL) mengadakan konvensi di Chicago pada tahun 1884. FOTLU menyatakan bahwa "delapan jam harus menjadi hari kerja yang sah setelah 1 Mei 1886."